Berkoar rasa paling menderita
Menceritakan nestapa pada semua
Padahal Ia hanya sedang mengajarimu cinta
Dalam setiap derita yang engkau rasa
Dengan lancang engkau mengutuknya
Berkata bahwa Ia tak pernah adil kepadamu
Padahal siapa sebenarnya Sang Adil itu?
Lantas keesokan harinya
Dengan wajah merasa tak berdosa
Engkau meminta Ia hadir
Agar deritamu diperkenankan segera berakhir
Dan benar, bahagia itu benar-benar datang
Tetapi penglihatanmu malah tertutup oleh kesombongan
Sehingga engkau tega mencampakkannya
Seakan Ia tak pernah memberimu cinta
Namun begitu, Ia tetap saja merindumu
Ia tetap setia mendengar ocehanmu yang tak tahu malu
Yang terus meminta kenikmatan
Tanpa pernah sempurna dan setia dalam sujud yang lima