Makna Kematian dalam Perspektif Kekuasaan
Puisi ini dibuka dengan gambaran mayat-mayat yang bangkit dan berbicara kepada yang hidup, membawa serta tulang belulang dan tengkorak mereka sebagai saksi bisu sejarah. Simbol ini mengingatkan kita bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun, bahkan oleh mereka yang pernah memegang kekuasaan.
Dialog dalam puisi tersebut menampilkan suasana yang penuh ironi. Para mayat mengingatkan orang-orang yang masih hidup akan kedudukan mereka di masa lalu: sebagai pemimpin, penguasa, atau individu yang berada di puncak hierarki. Namun, kenyataan bahwa mereka kini hanyalah tulang belulang menunjukkan bahwa kekuasaan, sekuat apa pun, tidak dapat melawan waktu dan maut.
Sindiran Terhadap Kesenjangan Kekuasaan
Di tengah dialog itu, Sapardi menyelipkan kritik sosial yang halus. Ketika yang hidup hanya dapat mengingat kejayaan para mayat sebagai "takhta" di masa lampau, ini menyiratkan bahwa kekuasaan bersifat sementara dan tidak meninggalkan warisan yang abadi. Kekuasaan sering kali diidolakan, namun pada akhirnya, semua manusia kembali ke liang lahat tanpa membawa gelar atau kekayaan mereka.
Dalam baris terakhir, Sapardi memberikan sentuhan akhir yang tajam: "tetapi mereka akan diam seribu bahasa ketika kita berkata: lihat, kami masih hidup." Kalimat ini menunjukkan kontras antara yang hidup dan yang mati. Yang hidup memiliki kesempatan untuk bertindak dan berbuat, sementara yang mati hanya meninggalkan kenangan---entah baik atau buruk.
Konteks dan Relevansi
Puisi ini ditulis pada tahun 1993, di tengah situasi sosial-politik Indonesia yang penuh gejolak. Di bawah pemerintahan otoriter, kekuasaan sering kali menjadi alat untuk menindas, dan Sapardi, sebagai seorang penyair yang peka terhadap isu-isu kemanusiaan, menggambarkan kefanaan kekuasaan dengan cara yang subtil.
Relevansi puisi ini tetap terasa hingga hari ini. Dalam dunia modern yang sering kali terobsesi dengan jabatan, kekayaan, dan pengaruh, puisi ini mengingatkan bahwa semua hal itu hanya bersifat sementara. Pada akhirnya, yang tersisa adalah bagaimana seseorang dikenang, bukan seberapa tinggi kedudukannya.
Kesimpulan
Kematian dan Kekuasaan adalah pengingat yang mendalam tentang hakikat kehidupan manusia. Sapardi mengajak kita untuk merenungkan apa yang sebenarnya kita kejar dalam hidup. Apakah kekuasaan yang fana? Atau hal-hal yang lebih abadi, seperti cinta, kebaikan, dan kemanusiaan?
Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Sapardi menyampaikan pesan yang relevan lintas zaman: bahwa pada akhirnya, semua manusia adalah sama di hadapan maut. Kekuasaan mungkin memberikan kesan abadi, tetapi waktu dan kematian adalah penguasa sejati yang tak terbantahkan.