Sejarah haiku dapat ditelusuri kembali ke abad ke-17, saat seorang penyair Jepang bernama Matsuo Bash mengembangkan bentuk puisi ini dari hokku, yang merupakan bagian pembukaan dari sebuah renga (tangga puisi kolaboratif). Bash, bersama dengan para penyair lainnya, mulai mengkaji dan mengembangkan haiku menjadi bentuk puisi yang mandiri dan memiliki daya tarik sendiri.
Salah satu ciri khas haiku adalah struktur 5-7-5, yang mengacu pada jumlah suku kata dalam setiap baris. Haiku terdiri dari tiga baris dengan total 17 suku kata. Aturan ini memaksa penyair untuk mengungkapkan pikiran dan pengalaman mereka dalam batasan kata yang ketat. Dalam keadaan seperti itu, setiap kata menjadi sangat berharga dan digunakan dengan sangat hati-hati.
Karakteristik utama haiku adalah penggunaan gambaran alam yang sederhana dan mendalam. Pada umumnya, haiku mencoba untuk merekam momen-momen alami dan efemeral yang terjadi di sekitar kita.Â