Pendidikan Rekreatif Tidak Merasa Dididik Tetapi Terdidik
Oleh Masruri Abd Muhit
Selama 9 tahun saya belajar di pondok modern Gontor (1969-1978, 4 tahun di KMI dan 5 tahun di IPD sambil membantu mengajar di KMI) saya merasakan kehidupan yang dipenuhi kesenangan dan kedamaian.
Bagaimana tidak senang, mau apa saja bisa, mau berolahraga semua disediakan sarana dan waktunya, dari sepakbola, bola volley, bola pingpong, bulu tangkis, termasuk bola basket meskipun itu baru ada saat saya kelas 6 dll, dan waktunya yang disediakan pagi sebelum waktu sarapan dan sore setelah solat asar.
Mau menambah ilmu juga ada sarananya dengan masuk kelas pagi dan sore, dan kalau masih kurang bisa ke perpustakaan atau berkonsultasi pada para ustadz yang siap standby setiap saat, atau mau ketrampilan menjahit, komputer, sablon, kesenian dan lain lain juga ada wadahnya.
Mau istirahat tidur ada tempat dan waktunya, termasuk kebutuhan makan minum, bahkan saya merasakan makanannya cukup bahkan lebih enak dari yang saya makan di rumah saya. Jaman saya dulu (1969) keadaan masyarakat di desa saya dan bahkan mayoritas daerah masih sangat sederhana makan nasi bu'u' (tepung jagung) sdh menjadi makanan sehari-hari, sayur kubis menjadi sayur istemewa, ikan ayam tidak makan kecuali kalau ada tetangga mengadakan selamatan, sementara di pondok waktu itu nasinya putih meskipun agak mangkak, kubis hampir tiap hari selain tewel, ikan ayam sesekali ada.
Kehidupan di Gontor itu memang dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan kemaslahatan penghuninya, sehingga akan terasa menyenangkan dan natural biasa biasa saja, namun semuanya mengandung pendidikan untuk kemaslahatan dan terciptanya hal hal yang diperlukan dalam kehidupan atau istilahnya dibaliknya ada hidden kurikulum atau kurikulum tersembunyi.
Untuk jadwal hidup harian, sebelum subuh mereka sudah bangun, yang sempat tahajjud tahajjud, diteruskan dengan solat subuh berjamaah untuk kemudian mengaji Al-Qur'an dan perbendaharaan kosa kata Arab dan Inggris, olahraga dan mandi persiapan ke kelas sekaligus makan pagi. Pelajaran di klas dari jam 07.00 sd 12.20 dengan istirahat dua kali, terus solat dzuhur berjamaah, makan siang dan istirahat. Pelajaran sore untuk klas 1 sd 4 dari jam 14.00 sd 15.00, diteruskan dengan solat asar berjamaah, kemudian yang senang olahraga olahraga sementara yang hobi musik atau yang lainnya melakukan itu semua pada jam itu sampai 16.30.
Diteruskan mandi, kemudian pergi ke masajid jam 17.00 membaca Alqur'an, solat magrib berjamaah dan mengaji lagi setengah jam terus makan malam. Kemudian solat isya' berjamaah diteruskan dengan belajar bebas sampai jam 22.00 terus tidur malam sampai bangun sebelum subuh.
Selain itu ada jadwal mingguan, berupa latihan berpidato yang istilahnya di pondok muhadloroh, dalam bahasa Arab pada hari kamis jam ke 5 dan 6 atau sekitar jam 11.00 sampai jam 12. 20, dalam bahasa Indonesia malamnya sehabis isya' sampai jam 21.30, dan dalam bahasa Inggris hari ahad malam senin, juga ada latihan kepramukaan hari kamis siang, lari pagi atau senam pagi hari selasa dan jum'at termasuk bersih bersih dan menjemur kasur dll.
Ada juga jadwal tahunan semesteran ganjil dan genap atau yang istilah di Gontornya ujian pertengahan tahun (imtihan nisfis sanah) dan ujian akhir tahun (imtihan akhir sanah), termasuk liburan (utlah) pertengahan tahun tgl 10 sd 20 R Awal dan liburan akhir tahun 20 Sya'ban sd 10 Syawal dll.
Dan tentu masih ada aturan lain seperti keharusan berbicara bahasa Arab dan Inggris setiap harinya, tidak boleh keluar kampus pondok kecuali dengan izin dengan durasi sebulan sekali saja, dan biasanya ke Ponorogo dll.
Semua itu yang saya rasakan, saya menjalaninya dengan perasaan senang tidak tertekan mengalir biasa dan tenang tenang saja. Dan yang merasakan seperti yang saya rasakan itu mayoritas, kalau tidak boleh dikatakan hampir semuanya
Sedang mereka yang tidak merasakan seperti yang saya rasakan sangat sedikit, namun lama lama akan merasakan atau mungkin kemudian tidak kerasan dan keluar atau putus di tengah jalan.
Untuk membantu mereka itu atau yang mungkin sedikit lalai dan memastikan semua berjalan dengan baik dibentuklah pengurus secara berjenjang, mulai dari kepengurusan kamar yang biasanya terdiri dari mereka yang sebaya dan setingkat dan pilihan, kepengurusan rayon (satu gedung asrama dengan beberapa kamar) yang biasanya terdiri dari anak anak sedikit senior klas 5 (setingkat klas 2 slta) dan kepengurusan setingkat pondok yang biasa disebut dengan OPPM (organisasi pelajar pondok modern) yang biasanya terdiri dari anak-anak klas 6 pilihan, juga koordinator pramuka dll yang semua itu dibawah pengawasan staf pengasuhan (jaman saya namanya keamanan pondok) yang terdiri dari para ustadz muda sampai senior yang biasanya mantan bagian keamanan atau ketua OPPM juga staf KMI untuk urusan kegiatan belajar mengajar yang semuanya dibawah direktur dan pengasuh pondok atau pimpinan pondok.
Semua itu selain untuk ketertiban dan agar semuanya berjalan dengan baik, sekaligus sebagai bentuk pendidikan tanggung jawab, kepemimpinan, pembentukan karakter yang baik, mulai dari kesabaran, ketahan bantingan, kedisiplinan dll. Pendek kata semua itu dalam rangka pendidikan. Pendidikan melalui penugasan, keteladanan, latihan bertanggung jawab dll. Apa yang dilihat, didengar dan dirasakan semuanya pendidikan.
Seperti yang saya sampaikan bahwa mereka yang tidak merasakan seperti yang saya rasakan yakni saya senang dan mengikuti kehidupan di Gontor dengan tanpa tekanan dan enjoy biasa biasa saja dan senang, atau mungkin lalai sehingga melanggar aturan dan disiplin itu tidak banyak, sehingga yang harus berurusan dengan mereka para pengurus itu juga sangat sedikit. Sementara sop dalam menangani dan menindak mereka harus dengan lembut tidak boleh dengan kekerasan, jaman saya kalaupun harus ada kekerasan paling paling dengan pukulan sajadah yang suaranya saja kedengarannya menyeramkan. Terus terang saja saya sendiri selama 9 tahun di Gontor hanya sekali saja masuk mahkamah lugoh pusat.
Saya tidak tahu kapan sesekali mulai ada yang memukul langsung tanpa sajadah, mungkin saking emosinya atau besarnya rasa tanggung jawab atau yang lain, namun pada saat mulai ramai ramainya gerakan stop kekerasan dan ham, Gontor mengambil kebijakan untuk tidak ada lagi kekerasan, bahkan mereka yang melakukan kekerasan, meski dengan dalih disiplin tetap akan diberi sanksi sampai ke derajat dikembalikan ke orang tua atau bahasa intern Gontor diusir.
Maka kalau terjadi sesekali kekerasan apalagi sampai ke derajat ada yang meninggal maka itu tentu sebuah kecelakaan atau musibah.
Demikianlah kehidupan saya saat di Gontor begitu menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan dan kemaslahatan kehidupan yang saya butuhkan. Saya tidak merasa dididik tetapi ternyata terdidik, merasa senang, masuk tidak tahu apa apa, namun saat tamat terasa sekali perubahan yang terjadi dalam diri.
Inilah yang kemudian mengilhami saya untuk menjadikan pesantren yang saya dirikan, Darul Istiqomah, seperti itu yakni rekreatif, santri tidak merasa dididik tetapi terdidik, menyenangkan termasuk lingkungan hidupnya.
Untuk menghilangkan atau meminimalisir terjadinya musibah kekerasan ada beberapa hal yang akan kita terapkan diantaranya, lebih selektif dan ketat dalam penerimaan santri, dalam persidangan oleh para pengurus sebisa mungkin diadakan secara transparan dan di ruang terbuka sehingga gampang pengawasannya, kalau perlu dipasang cctv di tempat tempat tertentu, sesering mungkin mengingatkan pengurus tidak boleh ada kekerasan dan kekerasan pasti ada sanksinya termasuk sanksi hukum bila terkait dengan hukum pidana dll.
Semoga bermanfaat dan berkah
Batu Malang, 8 Oktober 2022