Kutulis sajak ini
Ketika malam sepi tenggelam
Aku duduk sendiri
Memandang langit yang telanjang
Tak punya apa-apa
Kurasakan angin berputar
Seolah hendak mengupas dagingku
Merontokkan tulangku
Menguliti hatiku
Hingga kudapati jiwaku
telanjang
Tak punya apa-apa
Kudengar suara bising
Sekawanan kucing
Berpasang-pasang
Mengeyong dalam gelap
Betina merayu
Jantan menggeram
Menyeringai dalam gelap
Kulihat dalam remang
Pohon bergoyang-goyang
Menari teriring musik
makhluk malam
Kurebahkan raga
Kututup mata
Kusumpal telinga
Kubuka pintu jiwa
Kuserap segala rasa
Kuhayati sepi
Kunikmati sunyi
Terlintas di alam bawah sadar
Bidadari indah
Terselimuti harum dan warna
Turun mendekat dalam keanggunan
Tanpa mengucap apa-apa
Ia sandarkan pipinya
yang empuk, mulus di dadaku
Memeluk erat
Bergetarlah jiwa
Hangat dalam peluknya
Tiba-tiba langit mengetuk
pintu penghayatanku
Membuka kembali cakrawala duniaku
Kudapati sebongkah purnama
Berpendar cahaya
Tersenyum kepadaku
Ribuan malaikat berkeling diatasnya
Melambai
Dari jauh mereka berbisik :
Hai jiwa yang memendam rindu
Tertitip salam untukmu
Dari dia yang memandangi purnama ini
Seperti kau memandanginya
Memanggil-manggilmu
Berharap bisa menyaksikan purnama bersamamu
Teruntuk purnama yang sedang kurindu