Pulau Sangihe Talaud itu Indonesia.
Pernahkah anda mendengar pulau Sangihe Talaud, kalau anda belum pernah mendengarnya silahkan dicari dulu di peta Indonesia, tapi terkadang dalam peta Indonesia pun tidak tercantum. Dimanakah gerangan pulau itu? Pulau Sangihe Talaud adalah gugusan pulau terluar di sebelah utara Indonesia. Kepulauan Sangihe Talaud ini berbatasan langsung dengan pulau Mindanao, Filipina. Jadi pulau Sangihe Talaud itu paling utaranya Indonesia lho.
Pulau Sangihe Talaud menurut saya bisa dikatakan miniatur Indonesia. Kalau Indonesia dikatakan sebagai negeri seribu pulau maka pulau Sangihe Talaud menyumbang sekitar 100 lebih pulau di dalam nya. Dari sekitar jumlah tersebut, 30 pulau berpenghuni dan 70-nya tidak berpenghuni. Kepulauan Sangihe Talaud terdiri atas 3 kabupaten, yaitu kabupaten Kepulauan Sangihe, kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro (SITARO) dan kabupaten Kepulauan Talaud sedangkan propinsinya termasuk dalam propinsi Sulawesi Utara. Sebelah selatan gugusan pulau ini berdekatan dengan kota Manado dan Bitung. Kabupaten terbesar adalah kabupaten Sangihe dengan ibukotanya bernama Tahuna. Kota ini akan banyak kita bahas selanjutnya.
Perjalanan ke kota Tahuna ini memakan waktu kurang lebih satu malam dari kota manado yang ditempuh melalui perjalanan laut. Alat transportasinya berupa kapal motor. Transportasinya termasuk lancar karena setiap hari ada jadwal keberangkatan pulang pergi dari dan ke kota Tahuna. Kalau tidak salah ada sekitar empat kapal motor yang beroperasi mengangkut penumpang. Banyak tantangan yang terbilang mendebarkan untuk menaiki kapal motor ini. Hal ini dikarenakan pelabuhan manado terbilang kecil dan prasarananya masih belum terlalu memadai sehingga ketika empat kapal motor tersebut sandar di pelabuhan, posisi masing-masing kapal tersebut berbaris kearah luar pelabuhan (kapal motor yang paling terakhir berangkat berada paling dekat pelabuhan, sedangkan kapal motor yang paling pertama berangkat berada di luar pelabuhan atau yang paling jauh dari pelabuhan). Bayangkan penumpang harus melompat atau menyeberang dari kapal yang paling dekat pelabuhan ke kapal yang berada paling luar pelabuhan dan tahukah anda, penghubung antara kapal yang satu dengan kapal yang lain hanya sebuah kayu panjang yang terkadang hanya cukup untuk dilalui 1 orang. Penumpang harus menyeberangi kayu tersebut dan tentu saja dengan suguhan pemandangan air laut di bawahnya. Kalau tidak hati-hati maka siap-siap jatuh tercebur didalamnya. Tapi, jangan terlalu khawatir, jarang kok yang tercebur ke laut, kalaupun tercebur banyak yang akan menolong kita. Belum lagi, tantangan ketika kapal sudah berlayar. Saya berani jamin bagi anda yang tidak terbiasa menaiki kapal motor, maka bersiaplah untuk merasakan kepala pusing dan akhirnya berujung mual dan muntah karena goyangan ombak laut yang lincah menari-nari disekitar kapal. Apalagi jikalau badai datang menghampiri maka jangan berani untuk keluar dari dalam kapal kalau tidak mau basah kuyup.
Kota Tahuna memiliki berbagai objek wisata yang indah yang tergolong masih alami dan belum banyak tersentuh oleh para wisatawan. Karena bentuknya yang kepulauan, objek wisatanya terdiri dari objek pantai, gunung, dan air terjun. Objek pantai yang terkenal adalah pantai Pananualeng dengan hamparan pasir putih yang indah. Gunungnya yang terkenal adalah gunung Awu, gunung Karangetang dan gunung Mahangetang. Ketiganya masih tergolong gunung aktif. Bahkan gunung Karangetang sampai sekarang masih mengeluarkan lava pijarnya. Kalau anda tidak terlelap dalam pelayaran, maka anda akan disuguhkan pemandangan indahnya gunung Karangetang dengan lava merahnya ketika malam hari. Tapi gunung karangetang ini berada di pulau Siau bukan di pulau Tahuna. Diantara semua itu, Objek wisata yang paling menarik adalah gunung api bawah lautnya yang bernama gunung Mahangetang. Banyaknya gunung aktif ini dikarenakan kepulauan ini sendiri adalah daerah jalur gunung api aktif dari jalur pasifik yang melintasi Indonesia. Kami sering ditakut-takuti kalau sampai gunung-gunung aktif ini meletus maka wassalamlah kami hilang bersama pulaunya. Selain ancaman tsunami, ancaman gempa bumi juga sering terjadi di daerah ini. Saya selalu berdoa agar daerah ini selalu aman terhindar dari bencana.
Selain bentuk kepulauannya yang mencerminkannya sebagai miniatur Indonesia, penduduk aslinya juga mencerminkan orang Indonesia yang terkenal ramah-ramah. Banyak kenangan yang tak terlupakan yang saya dapatkan dari berteman dan berinteraksi dengan penduduk asli. Mereka hidup sederhana, damai nan tentram, tanpa macet, tanpa mall dimana-mana. Pada hari atau momen tertentu penduduk berkumpul untuk diadakan tari-tarian adat yang dinamakan tari Masamper. Walaupun kehidupan masih bersifat tradisional, jangan salah, penduduk asli sangat perhatian terhadap pendidikan. Tingkat kelulusan para pelajarnya mencapai angka 100%, bahkan para pelajarnya bisa masuk dalam jajaran hasil ujian nilai tertinggi se-propinsi Sulawesi Utara. Suatu hal yang terbilang membanggakan.
Namun, ada juga yang kurang memuaskan terkait dengan fasilitas pelayanan publik ketika saya berada disana, yaitu masih seringnya mati lampu. Kota Tahuna pada malam hari itu sudah terbilang gelap apalagi dengan seringnya mati lampu maka menambah kesan gelap pada kota ini. Oh ya, ada yang menarik lagi dari pulau ini, karena berbatasan dengan pulau Filipina, maka jangan heran kalau banyak produk-produk Filipina yang beredar di kota ini.
Begitulah gambaran singkat pulau terluar paling utara Indonesia ini. Indonesia adalah negara yang kaya dan dipenuhi dengan pulau2 yang indah yang terbentang dari utara hingga selatan dan dari timur hingga ke barat yang terangkai menjadi ciptaan Tuhan yang tidak tertandingi keindahannya. Ini membuat “Saya bangga menjadi orang Indonesia” .
Indonesia tidak hanya lima pulau besar-besar yang sudah kita hafal betul tetapi juga pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau perbatasan dan pedalaman dimana disana hidup juga saudara-saudara kita. Tidak lengkap rasanya ke-Indonesia-an kita kalau kita melupakan daerah-daerah perbatasan, daerah-daerah terpencil dan pedalaman.
PNS itu Indonesia.
Ketika saya menceritakan pulau ini, Saya berada disana bukan dalam rangka berlibur atau piknik untuk berapa hari. Saya berada disana dalam rangka bekerja selama sekitar setahun. Profesi saya sebagai PNS tidak pernah saya bayangkan akan membawa saya untuk bekerja di pulau ini. Bahkan tidak pernah saya bayangkan akan membawa saya bertugas mengabdi dari pulau ke pulau.
Jenis PNS yang paling dominan untuk berpindah tugas dari pulau ke pulau adalah PNS pemerintah pusat. Sedangkan PNS pemerintah daerah perpindahan tugasnya relatif berkisar pada daerah atau propinsi tertentu saja. Tapi, apapun jenis PNS nya kewajiban untuk mengabdi pada bangsa dan negara merupakan suatu keharusan termasuk di daerah perbatasan, daerah terpencil dan pedalaman. Saya sendiri termasuk PNS Pemerintah Pusat, di bawah naungan Kementerian Keuangan, tepatnya di Direktorat Jenderal Pajak.
Saya berasal dari pulau Sulawesi bagian selatan, tepatnya di kota Makassar. Sebelum menjadi PNS, memang saya diwajibkan untuk menandatangani surat peryataan untuk bersedia ditempatkan dimana saja sebagai syarat untuk menjadi PNS. Namun, saya tidak pernah menyangka akan langsung bertugas nun jauh dari kampung halaman. Masih teringat tetesan air mata ibu saya ketika melepas anaknya untuk pertama kali bertugas di tempat kerja yang jauh. Penempatan kerja pertama saya masih di pulau sulawesi, tapi berpindah ke bagian utara, tepatnya di Manado. Lima tahun di manado, pada tahun 2008, saya berpindah tugas lagi, kali ini berpindah pulau, tambah ke utara, ke tempat yang sementara kita bahas ini, kota Tahuna. Saya bertugas selama satu tahun disini, yang mana menjadi satu tahun yang mengesankan bagi saya.
Tidak benar kalau dikatakan PNS itu identik dengan malas dan tidak produktif. Orang yang mengatakan begitu mungkin tidak pernah melihat pengabdian PNS di daerah perbatasan, daerah terpencil dan daerah pedalaman. Jangan selalu berpikir negatif terhadap PNS. PNS pada hakikatnya betul-betul berperan sebagai abdi negara dan abdi bangsa. Banyak saudara kita yang berprofesi sebagai PNS yang mengabdi di daerah-daerah yang terpencil dan daerah pedalaman nun jauh di sana. Mereka membangun bangsa dan negara, mendidik anak-anak Indonesia, menjalankan tugas mulia sedangkan gaji dan tunjangan hanyalah sebagai penunjang hidup bahkan terkadang terasa tidak cukup. Seandainya ada tawaran pekerjaan namun harus bekerja di daerah-daerah perbatasan, terpencil dan daerah pedalaman maka jarang sekali ada yang mau mengambil tawaran tersebut. Siapa lagi kalau bukan para PNS yang mengambil peran sebagai ujung tombak dalam membangun daerah-daerah tersebut. Kalau berpikiran untuk berwisata di kota ini selama beberapa hari mungkin banyak yang menginginkan, tetapi kalau ditawarkan untuk tinggal di daerah tersebut dalam waktu yang cukup lama, niscaya jarang ada yang berminat. Jarang pula pihak swasta dari luar yang ingin berusaha mengembangkan daerah tersebut kecuali ada potensi bisnis di dalamnya atau yang ada pun terkadang pihak swasta sendiri dari penduduk aslinya. Oleh karena itu, siapa yang bersedia untuk menerima semua tawaran tersebut kalau bukan PNS. Saya pernah melihat secara langsung bagaimana susahnya hidup dan bekerja sebagai PNS didaerah-daerah tersebut yang nanti saya akan bagikan ceritanya di bagian selanjutnya.
Setiap kita mempunyai peran dan andil masing-masing dalam membangun bangsa dan negara dan bagi para PNS adalah dengan cara menunjukkan pengabdiannya dalam bertugas sesuai dengan tugasnya masing-masing kepada bangsa dan negara dimanapun mereka berada. Bisa dikatakan PNS itu termasuk ciri khas Indonesia dan “Saya bangga menjadi PNS”.
Setahun pengabdian : cerita pengalaman-pengalaman.
Ibu guru dari Miangas.
Apakah ada yang tahu juga dengan pulau miangas? Pulau miangaslah yang menjadi pulau terluar Indonesia dari gugusan kepulauan Sangihe dan Talaud. Tidak seperti transportasi laut di kota Tahuna, transportasi laut di pulau Miangas hanya dua kali dalam sebulan. Suatu hari datang ibu guru yang melaporkan kewajiban administratifnya perpajakannya di kantor saya bekerja. Saat itu saya bekerja di front office yang melayani sang ibu guru. Dari sisi kelengkapan formal, berkas sang ibu guru sebenarnya kurang lengkap karena ketinggalan di Miangas, tapi berkas sang ibu guru tersebut tetap diterima dan saya mengatakan kepada ibu tersebut agar pada bulan selanjutnya membawa susulan berkasnya sekaligus membawa pelaporan berkas untuk bulan depan, ketika itu terus terang hati saya terenyuh. Bagaimana tidak, kalau berkas ibu guru tersebut tidak diterima maka kemungkinan ibu guru tersebut bisa dikenakan sanksi padahal beliau sudah susah payah untuk datang ke kantor. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana capeknya ibu guru tersebut pulang balik dari pulau Miangas ke pulau Sangihe. Ibu guru tersebut harus menunggu jadwal selanjutnya di bulan ini untuk kembali ke Miangas, kemudian menunggu jadwal selanjutnya di bulan berikutnya untuk datang lagi ke kota Tahuna. Betapa besar pengabdian dari ibu guru tersebut. Begitulah kehidupan para PNS abdi negara dan bangsa di daerah-daerah perbatasan, terpencil dan daerah pedalaman. Saya selalu tersinggung kalau ada yang mengatakan PNS itu malas karena saya selalu tergiang dengan pengabdian ibu guru ini sebagai seorang guru, seorang PNS.
Kerja sampai jam 12 malam.
Jangan pernah mengira bekerja di daerah perbatasan, daerah terpencil dan pedalaman itu kita hanya santai-santai belaka, di daerah ini pun terkadang kami lembur bekerja sampai malam. Apalagi menjelang bulan maret dan bulan april yang merupakan batas waktu penyampaian laporan pajak Tahunan, kantor kami seakan-akan diserbu oleh seluruh warga kota Tahuna. Saya masih ingat sekitar bulan maret tahun 2008 kami lembur sampai jam 12 malam. Yang membuat saya bangga walaupun termasuk daerah perbatasan, warga kota Tahuna memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dalam melaporkan pajak-pajak mereka. So proud of them. Yang di kota besar jangan mau kalah !!!
Liburan setahun.
Selama bertugas disana, saya tidak mau menyia-yiakan keindahan yang sudah disediakan oleh Sang Pencipta. Ketika weekend datang setelah lelah bekerja, saya dan teman-teman kantor mengambil kesempatan untuk berkeliling menikmati keindahan alam pulau ini, Kami telah pergi ke pantai pananualeng dengan hamparan pasir putihnya yang indah, mendaki gunung awu, dan pergi kebelakang kantor untuk mandi di laut karena belakang kantor kami langsung berbatasan dengan laut. Selain itu, saya juga bersyukur diakhir-akhir masa tugas saya di Tahuna, saya sudah sempat menginjak pulau Talaud, pulau Siau dan Tagulandang, menikmati pemandangan gunung aktif Karangetang dalam jarak dekat di pulau Siau, menikmati buah salak asli pulau Tagulandang (kalau berkunjung ke Tagulandang jangan lupa beli salaknya), dan numpang lewat di pulau Biaro. Satu hal yang membuat saya agak kecewa bahwa saya belum sempat ke pulau Miangas, belum pernah melihat secara langsung gunung api bawah laut Mahangetang, dan belum sempat mampir ke Filipina (padahal hitung-hitung keluar negeri ya). Oh ya, ada yang menarik juga selama disini, tapi ini bukan pengalaman saya, melainkan pengalaman teman saya yang cukup mendebarkan, teman saya tersebut pernah secara tidak sengaja singgah ke pulau yang tidak berpenghuni. Namun, ternyata mereka tidak dijemput kembali oleh sang pemandu dan beruntung mereka bisa kembali ke pulau yang berpenghuni setelah secara tidak sengaja bertemu dengan nelayan yang lewat di pulau tersebut (hati-hati ya kalau lagi jalan-jalan ke pulau tak berpenghuni). Berbagai pengalaman menarik ini membuat saya merasa tidak seperti bekerja disini melainkan bagaikan liburan selama setahun. Bagi yang sedang bertugas didaerah perbatasan, daerah pedalaman dan daerah terpencil, sempatkanlah waktu untuk berkeliling menikmati keindahan alamnya.
Ganasnya Lautan.
Berlayar terkadang merupakan suatu keharusan bagi mereka yang bertugas di daerah perbatasan, daerah pedalaman dan daerah terpencil. Diawal cerita, saya sempat menyinggung tentang ganasnya perjalanan laut dari dan ke pulau Tahuna yang selalu memakan korban bagi para penumpang yang pertama kali atau penumpang yang tidak siap. Maksudnya adalah selalu ada saja penumpang yang tidak tahan dan terserang mabuk laut dan akhirnya memuntahkan seluruh isi perutnya. Saya termasuk penumpang yang mempunyai daya tahan tubuh kuat baik ketika pertama kali berlayar ataupun pada pelayaran-pelayaran berikutnya. Namun, memang pada bulan-bulan tertentu menjelang akhir tahun, ombak di lautan memperoleh masa kejayaaannya bekerja sama dengan badai dalam mengombang-ambingkan kapal yang sedang berlayar seakan-akan ingin menjungkirbalikkan kapal. Kebetulan saya sedang berada dalam pelayaran ketika bulan-bulan menjelang akhir tahun itu . Ketika itu, akhirnya saya menyatakan takluk kepada ombak dan saya pun muntah untuk pertama kalinya. Namun saya sebenarnya tidak terlalu merasa kalah juga, mengapa? karena ternyata penduduk asli pun yang sudah puluhan tahun berlayar menyatakan kalah pada ombak di lautan dan larut dalam suasana mual juga. (bagi anda yang ingin berlayar dari dan ke pulau Tahuna, hindari berlayar di akhir tahun karena saat itu berada dalam masa badai dan ombak yang sedang tinggi).
Perpisahan.
Sebenarnya ketika bertugas dikota ini, saya tidak pernah menyangka waktu tugas saya disini sekitar satu tahun. Sebelumnya, ketika saya dimanado masa kerja saya lebih dari satu tahun yaitu sekitar lima tahun. Setahun di kota Tahuna, ternyata saya dipanggil untuk mengikuti tugas belajar di ibukota sehingga saya kembali berpindah tugas dan lagi-lagi berpindah pulau. Banyak kenangan yang terjalin di pulau ini dan tidak mungkin akan dilupakan. Setidaknya dalam pengalaman hidup saya walaupun terbilang singkat, saya sudah pernah hidup di bagian paling utara Indonesia. Betapa indahnya Indonesia dan betapa bangganya saya menjadi orang Indonesia.
Tulisan ini didedikasikan untuk :
· Keluarga saya tercinta di kampung halaman, terutama kedua almarhum orang tua saya tercinta, Insya Allah tetes mata beliau berdua tidak sia-sia.
· Instansi saya tercinta, Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak yang telah mem-PNS-kan saya, walau badai menghadang dan ombak menghantam, tetaplah kuat dan kokoh berdiri.
· Teman-teman kantor di kota Tahuna yang masih bertugas, tetap semangat dalam bekerja kawan.
· Warga dan teman-teman di Tahuna, terima kasih atas segalanya, semoga sukses dan sehat selalu.
· Para PNS dimanapun berada, terutama di daerah perbatasan, daerah pedalaman dan terpencil, apalagi yang kita tunjukkan selain pengabdian kita. Tetap semangat bekerja dan jangan malas-malasan. Buat pemerintah, tolong perhatikan para PNS yang hidup di daerah-daerah tersebut.
· Saudara-saudara di daerah perbatasan, daerah pedalaman dan terpencil, tetaplah tersenyum dan hidup dalam kesederhanaan dan ketenangan, terkadang kalian lebih bahagia dibandingkan saudaramu yang hidup di kota. Juga buat pemerintah, agar bisa memperhatikan saudara-saudara kira tersebut nun jauh disana.
· Terakhir, untuk bangsa dan negara, Indonesia tercinta.