Ya, rumah sebuah impian yang sepertinya merupakan kebutuhan primer nyaris mustahil bisa kudapatkan, alih-alih mencoba dengan mengajukan ke Syariah, rupanya tidak jauh beda dengan konvensional hanya beda istilah antara bunga dan bagi hasil. Seyogyannya memberikan manfaat bagi kebanykan ummat yang punya keinginan kuat dan dinilai mampu memberikan tanggung jawab membayar angsurang kiranya bisa dinilai secara adil bisa dipermudah, toh sebenarnya itukan manfaat sebenarnya dari bank syariah. Ehmm bukan pertimbangan bisnis semata.. aduh kasihan juga teman2 yang seprofesi dengan saya pasti merasakan hal yang sama.
Sampai kapan negeri ini punya pemimpin yang tahu betapa susahnya hidup rakyat biasa seperti saya, entah sudah berapa bank saya ditolak terus. Memang alasan logis, lho uangnya cekak..wekwkwek.. ya sudahlah jadi kontraktor terus..belum biaya pendidikan anak, susu anak.. wah makin ribet. Sepertinya lebih jika orang seperti saya jika ditawari dengan pekerjaan dengan skill yang sama pastinya saya memilih kerja di negeri orang (seperti jiran, australia) sekalipin nantinya adalah kompetitor prusaahaan dalam negeri. Seperti kebanyakan ahli-ahli teknik penerbangan dari IPTN yang memilih mencari nafkah hidup diluar negeeri..