Penulis: Muhammad Surya F dan Dr. Dra. Yusalina, M.Si
Kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia berdampak pada perekonomian negara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020) per kuartal ke-3 tahun 2020, sektor perekonomian mengalami penurunan sebesar 3,49% dibanding kuartal ke-3 tahun 2019. Dampak ini juga berimbas pada sektor peternakan yang mengalami penurunan permintaan akibat pandemi. Menurut Hakim dan Ramadhan (2020) permintaan hewan kurban tahun 2020 menurun 30-40% dibanding tahun 2019. Hal tersebut sangat merugikan bagi peternak karena pendapatan menurun drastis.
Kondisi ini mendorong peternak berfikir kreatif dan inovatif untuk bertahan di masa pandemi. Berbagai upaya dapat dilakukan oleh peternak, salah satunya melalui pemanfaatan limbah dan hasil ikutan ternak menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis. Contoh limbah yang sering dijumpai pada peternakan khususnya peternakan domba adalah wol domba atau biasa disebut bulu domba
Wol domba merupakan serat yang diperoleh dari rambut halus domba. Sebutan wol domba lebih tepat digunakan ketimbang bulu domba. Hal ini dikarenakan sebutan “bulu” lebih identik dengan sesuatu yang memiliki tangkai seperti pada unggas. Wol domba banyak ditemui pada peternakan domba yang bergerak di sektor penggemukan. Biasanya sebelum dilakukan penggemukan domba akan dicukur wolnya. Pencukuran wol domba memiliki manfaat yang baik untuk domba dan peternak. Manfaatnya yaitu meningkatkan kenyamanan domba, membantu domba untuk mengeluarkan panas, meningkatkan tingkah laku dan nafsu makan, serta memperbaiki penambahan bobot harian pada domba (Yamin et al. 2013).
Berdasarkan data BPS (2019) menyatakan bahwa populasi ternak domba di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Populasi ternak domba tahun 2019 mencapai 17 juta ekor lebih. Rata-rata setiap ekor domba menghasilkan wol sebesar 0,8 kg/tahun (Yamin et al. 1994). Proyeksi wol domba yang dihasilkan mencapai 13.600 ton/tahun. Pemanfaatan wol domba di luar negeri biasanya digunakan sebagai bahan sandang dengan cara dipintal maupun ditenun. Wol domba lokal di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda yaitu lebih kasar dan diameternya yang lebih besar sehingga kurang cocok dijadikan bahan sandang. Wol domba lokal saat ini masih dianggap sebagai limbah, sehingga pemanfaatannya masih sangat sedikit.
Wol domba dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk dengan nilai jual tinggi. Produk yang dapat dihasilkan dengan bahan wol domba adalah souvenir, boneka, bantal, kasur, selimut, hingga papan partikel. Pengolahan wol domba yang mudah dilakukan adalah sebagai isian bantal. Keunggulan wol domba sebagai isian bantal diantaranya yaitu thermoregulator, anti bakteri, anti tungau, hipoalergenik, bersifat terbarukan dan berkelanjutan (thewoolroom.com dan Hermans et al. 2019). Pengolahan wol domba dilakukan dengan cara pencukuran, penyortiran, pencucian dengan detergen, penjemuran wol selama 1-2 hari, dan wol siap digunakan sebagai isian (Umizakiah et al. 2014).
Wol domba dapat berpotensi sebagai substitusi isian bantal yang menggantikan isian bantal dakron maupun bulu angsa. Bantal wol domba lebih mematuhi prinsip kesejahteraan ternak atau animal welfare. Prinsipnya pada pemanfaatan limbah wol domba untuk pencukuran wol emang umum dilakukan di Indonesia, sedangkan pada bulu angsa biasanya dilakukan pencabutan bulu secara paksa dan melukai angsa tersebut.
Peluang usaha bantal dengan isian wol domba terbuka lebar dengan permintaan bantal yang semakin meningkat tiap tahunnya. Menurut National Sleep Foundation 2012 dalam Nathania 2017 setiap orang memerlukan 1-2 bantal untuk membantu tidur dengan nyenyak. Jumlah penduduk pada 2020 mencapai lebih dari 268 juta jiwa, jika asumsi setiap orang membutuhkan satu bantal maka kebutuhan bantal mencapai lebih dari 268 juta buah. Sehingga potensi pemanfaatan wol domba sebagai isian bantal memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.
Berbagai inovasi telah dilakukan sebagai upaya pemanfaatan limbah wol domba. Salah satunya adalah inovasi Talophy (Bantal wol domba dengan aromaterapi) yang dibuat oleh mahasiswa IPB pada kegiatan PKMK tahun 2020. Inovasi talophy berhasil meraih juara 2 dalam ajang lomba bergengsi PIMNAS 2020 bidang kewirausahaan. sehingga dapat dikatakan usaha dengan memanfaatkan wol domba memiliki peluang yang bagus untuk dikembangkan.Masih banyak inovasi baru yang dapat dihasilkan melalui wol domba.
Pemanfaatan wol domba dapat memberikan dampak yang besar meliputi aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek lingkungan. Aspek lingkungan membantu mengurangi pencemaran di darat dan air, sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Aspek sosial meningkatkan pengetahuan terkait pengolahan limbah, pemberdayaaan masyarakat, mengubah pola pikir peternak menjadi kolektif kolegial. Aspek ekonomi secara langsung berdampak kepada masyarakat dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan menambah pendapatan masyarakat terutama peternak.
Berbisnis dengan bahan baku wol domba diharapkan dapat membantu terwujudnya SDGs nomor 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) melalui penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat. pengolahan limbah wol juga membantu menyelesaikan permasalahan nomor 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) dengan mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang dan penggunaan kembali. (msf)