"Bima, kamu harusnya belajar, Nak," kata Bu Santi suatu sore.
"Iya, Bu, sebentar lagi," jawab Bima sambil matanya tetap terpaku pada layar.
Hari demi hari berlalu, dan kebiasaan itu semakin melekat. Nilai Bima di sekolah mulai menurun, dan ia jarang berinteraksi dengan teman-temannya. Suatu hari, saat Bima tengah asyik bermain, ayahnya datang dengan raut wajah serius.
"Bima, kita bicara sebentar," kata Pak Roni sambil duduk di sampingnya.
"Ada apa, Yah?" Bima menjawab tanpa menoleh.
Ayahnya mengambil tablet dari tangannya, membuat Bima terkejut dan sedikit kesal. "Yah, jangan ambil tabletku! Aku baru saja mau menang!"
"Tunggu dulu. Ayah ingin tunjukkan sesuatu." Pak Roni mengeluarkan sebuah buku tua bergambar mobil-mobilan dari lemari. "Kamu ingat ini?"
Bima melihatnya sekilas. Buku itu berisi gambar-gambar mobil yang pernah ia gambar saat kecil. "Itu... buku gambarku dulu, kan?"
"Betul. Dulu, kamu sangat suka menggambar mobil-mobil. Kamu selalu bilang ingin jadi desainer mobil terkenal. Tapi sejak kamu tenggelam dalam gadget, ke mana impianmu yang itu?"