Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Lauak Niek: Tradisi Kuliner yang Mempersatukan Warga dalam Pembangunan Masjid di Tandikek

2 Agustus 2024   08:43 Diperbarui: 2 Agustus 2024   08:58 31 1

TANDIKEK, PADANG PARIAMAN - Tradisi kuliner lauak niek yang sudah mengakar dalam budaya Minangkabau kini memiliki peran baru yang signifikan. Di Korong Pocing Enam, Nagari Tandikek, Kabupaten Padang Pariaman, hidangan tradisional ini menjadi sarana penting dalam upaya pembangunan masjid setempat, Jumat, 02/08/24.

Buya Ali Idris, ketua pengurus masjid di Korong Pocing Enam, mengungkapkan bahwa lauak niek telah menjadi instrumen penting dalam menggerakkan semangat gotong royong masyarakat untuk membangun rumah ibadah. "Lauak niek bukan sekadar makanan bagi kami. Ini adalah simbol persatuan dan semangat berbagi yang kami manfaatkan untuk tujuan yang lebih besar, yaitu membangun masjid," ujar Buya Ali Idris.

Menurut Buya Ali, ide untuk memanfaatkan tradisi lauak niek dalam pembangunan masjid muncul saat pengurus masjid menghadapi kendala pendanaan. "Kami menyadari bahwa untuk membangun masjid, dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun, kami juga tahu bahwa masyarakat kami memiliki semangat berbagi yang luar biasa, terutama melalui tradisi lauak niek," jelasnya.

Pengurus masjid kemudian menginisiasi program "Lauak Niek untuk Masjid". Dalam program ini, warga secara bergiliran membuat lauak niek dalam jumlah besar. Sebagian dari lauak niek ini dijual, dan hasil penjualannya didonasikan untuk pembangunan masjid. Sementara itu, sebagian lainnya dibagikan kepada warga yang kurang mampu sebagai bentuk sedekah.

"Program ini mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Bukan hanya mereka yang mampu membuat lauak niek dalam jumlah besar, tapi juga warga yang memiliki keterbatasan ekonomi ikut berpartisipasi dengan cara mereka sendiri," tambah Buya Ali.

Lebih dari sekadar mengumpulkan dana, program ini juga berhasil memperkuat ikatan sosial di antara warga. Proses pembuatan lauak niek yang melibatkan banyak orang menjadi ajang silaturahmi dan berbagi cerita. "Saat membuat lauak niek bersama-sama, kami tidak hanya bekerja, tapi juga berbincang tentang perkembangan pembangunan masjid dan bagaimana kita bisa berkontribusi lebih," ungkap Buya Ali.

Buya Ali juga menekankan bahwa program ini sejalan dengan ajaran Islam tentang gotong royong dan sedekah. "Dalam Islam, membangun masjid adalah amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir. Dengan memanfaatkan tradisi lauak niek, kami tidak hanya melestarikan budaya, tapi juga menjalankan ajaran agama," jelasnya.

Hingga saat ini, program "Lauak Niek untuk Masjid" telah berjalan selama enam bulan dan berhasil mengumpulkan dana yang signifikan untuk pembangunan masjid. Buya Ali mengungkapkan bahwa sekitar 30% dari total anggaran pembangunan masjid berhasil terkumpul melalui program ini.

"Kami sangat bersyukur atas antusiasme warga. Ini membuktikan bahwa dengan kreativitas dan semangat gotong royong, kita bisa mencapai hal-hal besar," ujar Buya Ali.

Ke depannya, pengurus masjid berencana untuk terus melanjutkan program ini bahkan setelah pembangunan masjid selesai. Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk pemeliharaan masjid dan program-program sosial keagamaan lainnya.

"Lauak niek telah menjadi lebih dari sekadar hidangan. Ini adalah simbol persatuan, gotong royong, dan semangat berbagi di komunitas kami. Kami berharap tradisi ini akan terus lestari dan membawa manfaat bagi masyarakat," tutup Buya Ali Idris.

Inisiatif kreatif dari pengurus masjid di Korong Pocing Enam ini menunjukkan bagaimana tradisi kuliner lokal dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih besar, sekaligus memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. Program "Lauak Niek untuk Masjid" menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai budaya dan agama dapat bersinergi untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun