Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

Malam Kerinduan Pilpres

14 Juli 2011   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:41 263 2
Hari ini adalah hari keempat belas aku mencalonkan diri menjadi pemimpin mereka. Mereka aku sebut sebagai penggerak utama dari suatu perubahan. Dahsyatnya lagi hembusan angin mereka mampu merobohkan fondasi kekuasaan suatu institusi negara-mampu menggoyahkan jantung para penguasa negeri ini.

Sebagai kandidat orang nomor satu di negeri ini, secara otomatis segala yang keluar dari mulutku atau apa saja yang aku lakukan haruslah sesuai dengan konsep team suksesku - kata mereka: "Agar Bapak terlihat kharismatik", senyum kamuflase mereka. Mendadak urusan-urusan di luar jam kerjaku aku gunakan penuh untuk mensosialisaikan misi dan visi ku menjadi khalifah negara ini. Dengan ramahnya aku jawab semua keluhan-keluhan calon rakyatku. Aku tebarkan cinta untuk mereka. Aku berikan dengan cuma-cuma semangat perubahan. Dan aku sapa mereka dengan kasih sayang yang mesra.

Negaraku bukanlah negara yang main-main atau asal-asalan dalam menciptakan sebuah negara yang bermartabat. Sebagai orang yang terpanggil untuk membangun negeri sendiri, maka aku dengan segenap jiwa raga dan harta bendaku siap untuk aku korbankan untuk kemajuan negeriku tercinta.

Sejalan dengan misiku: Mendayagunakan semua potensi negeri ini untuk kemajuan bersama, dan Visiku: Negara yang Mengayomi, mensejahterakan, menjaga, dan melindungi rakyat. Misi dan Visiku memang berbeda dengan para kandidat yang lain. Sesungguhnya aku malu menawarkan sekolah gratis, asuransi kemiskinan untuk orang-orang miskin, membebaskan para pengangguran dari jeratan ketidakproduktifan, menanggulangi frekuensi banjir masal di setiap daerah - aku menyadari bahwa aku tidak memiliki kekuasaan apapun untuk membuktikan itu semua tanpa tetesan darah dari jatung perjuanganku.

Entah, apakah yang aku rasakan sama dengan yang para kandidat rasakan - setelah tiga malam berturut-turut aku mensosialisasikan konsep perubahanku kepada masyarakat luas. Luar biasa kejolak yang aku pendam ini. Hampir aku dibuat mabuk impian oleh tawaran-tawaran instan oleh oknum-oknum yang menginginkan aku menang dalam pertempuran politik ini. Iblis mencoba mengintervensi diriku - membuyarkan fokus utamaku. Malaikat di kanan dan kiriku sibuk merekam semua tindak tandukku. Duh..Gusti, Sesungguhnya aku ini lemah tanpa daya dari-Mu.

Sekilat cerita seribu satu malam, tiba-tiba aku sudah resmi menjadi orang nomor satu di negeri. Namun, aku tidak mengerti  maksud tulisan yang aku temukan di meja kerja istana. Berbunyi: Jika uang yang tersisa di sakumu tinggal seribu rupiah, apa yang kamu lakukan ketika anakmu meminta uang itu. Jika ada orang yang tidak mengerti bahwa kamu adalah pemimpin teragung di negerimu, apa sikapmu terhadapnya. Jika kamu berpapasan dengan malaikat pembawa cambuk yang akan menghukum para pengingkar kekuasaan di negerimu, apa yang akan kamu katakan padanya. Begitulah tulisan yang aku baca menjelang aku tertidur pulas, sampai paginya aku baru sadarkan diri kasur tempat aku berbaring terbawa arus banjir tahunan.. Aku rakyat jelata yang telah lancang bermimpi menjadi orang nomor satu negeri ini...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun