Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosok

Pemilu Penentu Perubahan Pandeglang

27 Desember 2023   19:34 Diperbarui: 27 Desember 2023   19:35 141 1
Dalam hitungan hari, kita akan dipertemukan dengan moment dimana kita semua sebagai warga negara Indonesia akan menjadi penentu perubahan bangsa. nasib bangsa ini akan bergantung kepada kita sebagai rakyat yang memegang paku diatas lima lembar kertas suara. hasil tusukan kita menjadi penentu dimana Bangsa ini akan melepas jangkar.
tetap di dermaga? terombang ambing di samudra? karam di lautan? atau sampai ke pulau harapan?
Dahulu. zaman penulis masih menempuh pendidikan di SMP, hiruk pikuk politik hanya terjadi 1 atau 2 tahun sebelum pemilu dimulai. berbeda dengan sekarang, baru saja presiden dilantik, kegaduhan sudah terjadi di para elit dan di tularkan ke rakyat yang tadinya hanya tahu ngarit dan berdagang di pasar malam, sekarang malah mahir menilai proses pemerintahan. tidak ada yang salah, hanya saja ini mengganggu kultur budaya masyarakat yang tadinya guyub dan harmonis menjadi egois dan terkesan memaksakan diri ketika berada dalam ruang musyawarah.
Penulis pada saat itu di usia yang hak pilih pun belum punya, Hanya sekedar tertarik dari bacaan pelajaran sejarah waktu kelas 3 SMP, tergelitik untuk membuat drama di acara perpisahan kelas, tema yang kita buat pada saat itu adalah pertemuan empat negarawan yang diperankan oleh yang kebetulan masing-masing pemeran mengidolakan sosok negarawan ini. kami empat sekawan Sebut saja dulu Yadi menjadi Amien Rais, Pepen berperan sebagai BJ.Habibie,  saya sebagai Gusdur, dan Muslih sebagai Megawati Soekarno Putri. drama yang awalnya hanya sekedar hiburan di penghujung acara menjadi serius. karena ternyata drama politik itu mencungkil mata dan hati bagi para pelaku politik yang baperan dan punya peran pada saat itu.
Penulis putus kuliah dan menimba ilmu di pondok pesantren, biasalah.. permasalahan klasik bangsa ini, jika ingin menempuh pendidikan formal harus sanggup bayar ini itu. jalur prestasi pun pada saat itu masih belum bisa dijadikan mimpi. dan alternatif bisa tetap belajar murah di masa itu hanyalah pondok pesantren tradisional. lain halnya dengan zaman ini, sekolah mulai SD sampai kuliah bisa gratis dengan segala macam program bantuan dari pemerintah.
Lagi asyik-asyiknya mengaji, datang teman waktu di SMA ngajak magang di satu dinas. tanpa pikir panjang penulis ikuti alur itu, sampai di satu titik ketika diperjalanan penulis harus meninggalkan jalan cerita ini. diajak lagi ke dinas lain, titiknya masih sama. pindah lagi tetap saja titik itu bentuk titiknya masih juga sama.
Akhirnya penulis ikut melamar kerja di luar negeri. karena pada saat itu dibuka besar-besaran lowongan kerja TKI Arab Saudi. tepatnya di Terminal Hajj bandara internasional haji dan umrah.
Kurang lebih 3 tahun, yang dirasa hanya kami harus bisa jaga diri dan saling jaga sesama buruh migran Indonesia. Indonesia, negara yang kami bela sampai beradu tinju ketika anak bangsa lain menyebut Indonesia miskin, tidak berpendidikan dan lain sebagainya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun