Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Konsep Digitalisasi dan Ekonomi Digital: Transformasi Menuju Masa Depan yang Terkoneksi

27 November 2023   15:37 Diperbarui: 27 November 2023   15:46 314 2
Digitalisasi, sebagai proses konversi dari bentuk analog ke digital, telah menjadi pilar utama dalam evolusi teknologi modern. Dengan menggunakan teknologi dan data digital, proses ini melibatkan sistem pengoperasian otomatis dan terkomputerisasi. Menilik asal-usul kata teknologi dari bahasa Yunani, yaitu "Technologia," yang merujuk pada systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, dan techne sebagai dasar kata teknologi yang berarti skill atau keahlian, keterampilan, dan ilmu.

Menurut Roger, seperti yang dikutip oleh Fatah (2008), teknologi dapat diartikan sebagai rancangan atau desain untuk alat bantu tindakan yang bertujuan mengurangi ketidakpastian melalui hubungan sebab-akibat dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan. Jacques Ellul (Muntaqo, 2017) memberikan definisi teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisien dalam setiap kegiatan manusia.

Gary J. Anglin, sebagaimana diutarakan oleh Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan (2012), melihat teknologi sebagai penerapan ilmu perilaku, ilmu alam, dan pengetahuan lainnya secara bersistem dan mensistemkan untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Muhasim (2017) menyatakan bahwa perkembangan teknologi digital adalah hasil rekayasa akal, pikiran, dan kecerdasan manusia yang tercermin dalam kemajuan ilmu pengetahuan, memberikan manfaat dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Sukmana (Erwin, 2020) merinci bahwa digitalisasi adalah proses transformasi media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital. Proses ini memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media, dan software pendukung. Lasa (2005) menambahkan dimensi lain dengan mendefinisikan digitalisasi sebagai proses pengelolaan dokumen tercetak (printed document) menjadi dokumen elektronik. Brennen & Kreiss (2016) menyoroti bahwa digitalisasi mencakup peningkatan ketersediaan data digital, dimungkinkan oleh kemajuan dalam menciptakan, mentransfer, menyimpan, dan menganalisis data digital, dengan potensi untuk menyusun, membentuk, dan mempengaruhi dunia kontemporer.

Dalam pertumbuhan digitalisasi yang merambah berbagai sektor, ekonomi digital menjadi salah satu fokus utama. Amir Hartman (2000) mendefinisikan ekonomi digital sebagai arena virtual di mana bisnis sebenarnya dilakukan, nilai diciptakan dan dipertukarkan, transaksi terjadi, dan hubungan satu lawan satu dilakukan dengan menggunakan inisiatif internet sebagai media pertukaran.

Dalam era ini, Don Tapscott (Hadion, 2020) mengidentifikasi dua belas karakteristik kunci ekonomi digital yang membentuk lanskap bisnis yang dinamis:

1. Knowledge (Pengetahuan): Di dalam ekonomi digital, pengetahuan menjadi sumber daya terpenting yang harus dimiliki organisasi. Kolektifitas pengetahuan menjadi nilai perusahaan dalam proses penciptaan produk dan jasa. Kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence), membantu meningkatkan kemampuan intelegensi organisasi.

2. Digitization (Digitalisasi): Digitization merupakan proses transformasi informasi dari berbagai bentuk menjadi format digit "0" dan "1" (bilangan berbasis dua). Transaksi bisnis menggunakan teknologi digital dan digital informasi. Pelanggan sebagai digital customers menggunakan perangkat digital untuk melakukan transaksi dengan perusahaan sebagai digital enterprises.

3. Virtualization (Virtualisasi): Di ekonomi digital, barang fisik dapat diubah menjadi barang virtual. Modal intelektual dikonversikan menjadi model digital.

4. Molecularization (Molekularisasi): Konsep ini menggambarkan sistem di mana organisasi dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan dinamis di sekitarnya. Organisasi yang dulunya berat berubah menjadi lebih fleksibel, dengan organisasi multidivisional (M-form organization) bergeser menjadi organisasi berbentuk ekosistem (E-form organization) yang mudah beradaptasi dengan lingkungan.

5. Internetworking (Interkoneksi): Jaringan internet digunakan untuk membangun interkoneksi dan membentuk jaringan ekonomi. Perusahaan harus menentukan aktivitas inti mereka dan menjalin kerjasama dengan institusi lain untuk mendukung proses-proses penunjang.

6. Disintermediation (Pengurangan Perantara): Ciri khas ekonomi digital adalah kecenderungan berkurangnya perantara (broker) sebagai perantara dalam transaksi antara pemasok dan pelanggan. Transaksi dapat dilakukan langsung peer to peer tanpa perlu perantara.

7. Convergence (Konvergensi): Kunci sukses perusahaan dalam bisnis internet terletak pada kemampuan dan  kualitas mereka dalam mengkonvergensikan tiga sektor industri, yaitu: computing, communications, dan content.

8. Innovation (Inovasi): Keunggulan kompetitif sulit dipertahankan, oleh karena itu inovasi secara cepat dan terus-menerus dibutuhkan agar sebuah perusahaan dapat bertahan. Inovasi, imaginasi, dan kreativitas manusia menjadi sumber nilai utama dalam membentuk inovasi ekonomi.

9. Prosumption (Prosumsi): Batasan antara konsumen dan produsen menjadi kabur. Hampir semua konsumen teknologi informasi dapat dengan mudah menjadi produsen yang siap menawarkan produk dan jasanya kepada masyarakat dan komunitas bisnis.

10. Immediacy (Ketepatan): Di dunia maya, pelanggan dihadapkan pada berbagai perusahaan yang menawarkan produk atau jasa yang sama. Dalam memilih perusahaan, mereka hanya menggunakan tiga kriteria utama, yaitu produk atau jasa yang lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

11. Globalization (Globalisasi): Globalisasi dalam ekonomi digital menandakan runtuhnya batas-batas ruang dan waktu. Pengetahuan sebagai sumber daya utama tidak mengenal batasan geografis sehingga keberadaan entitas negara menjadi kurang relevan dalam menjalankan konteks bisnis di dunia maya.

12. Discordance (Ketidakselarasan): Ciri khas terakhir dalam ekonomi digital adalah terjadinya fenomena perubahan struktur sosial dan budaya sebagai dampak konsekuensi logis dari perubahan paradigma. Semakin ringkasnya organisasi dapat menyebabkan terjadinya pengangguran di mana-mana, mata pencaharian para mediator (brokers) menjadi hilang, para pekerja menjadi workaholic karena persaingan yang sangat ketat, pengaruh budaya barat sulit untuk dicegah karena dapat diakses bebas oleh siapa saja melalui internet, dan lain sebagainya.

Dalam era digital ini, keberhasilan suatu entitas, baik perusahaan maupun individu, bergantung pada kemampuan mereka untuk memahami dan mengintegrasikan karakteristik tersebut dalam strategi dan operasional sehari-hari. Transformasi digital bukan hanya mengenai adopsi teknologi, tetapi juga perubahan budaya dan paradigma kerja. Seiring dengan perkembangan ekonomi digital, penting untuk menggali lebih dalam untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang menuju masa depan yang lebih terkoneksi dan dinamis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun