Rajab adalah salah satu bulan hijriyyah dalam Islam, berasal dari bahasa Arab yang bermakna tarjib (kemuliaan).
Sebelum kita membahas bulan Rajab, ada suatu pernyataan yang disebutkan Dalam buku Psikologis Alam Ghaib, karya Osho, bahwa kehidupan ini merupakan kekosongan. semuanya kembali pada diri yang memaknai hari-hari kehidupan dengan melakukan segala macam aktivitas. Dalam istilahnya ia dikatakan sebagai pemakna yang menjadikan kehidupan ini menjadi bermakna.
Begitu pun dengan bulan Rajab, jika kita mengacu pada teorinya Ocho, bahwa bulan Rajab ini kosong tanpa makna, melainkn kita sendiri yang memberi makna pada bulan Rajab ini.
Dalam Al-Quran Mulia, hanya empat nama bulan yang disebutkan di dalamnya, yaitu Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Ramadhan. Lalu mengapa bulan Rajab dikatakan sebagai bulian mulia oleh setiap muslim. Hikmah apa yang dapat diambil dalam bulan Rajab ini.
Berikut adalah pengajaran yang dapat diambil oleh kita dalam, yaitu :
1. Kemuliaan
Berangkat dari arti bahasa, ia adalah kemuliaan. Ia dapat kita pahami sebagai sesuatu yang istimewa atau spesial.
Bulan Rajab tidak disebutkan dalam Al-Quran, namun ia oleh umat muslim dikatakan bulian mulia.
Kemuliaan di sini adalah kemuliaan aksiden, yaitu kemuliaan yang diakibatkan oleh sesuatu yang spesial dan istimewa. Sesuatu yang spesial ini adalah bulan Ramadhan, yang hadir setelah bulan Rajab. Adapun bulan Rajab adalah sebagai awal perjalanan untuk mencapai keistimewaan tersebut. Sehingga keistimewaan dapat dipresdikasikan terhadap bulan Rajab.
Sifat mulia pada bulan Rajab juga dapat dikatakan sebagai potensi dari kemuliaan, yang mana ia harus kita aktualkan. Jika kita meninjau pada teori Osho di atas, maka potensi mulia di sini harus diaktualkan dengan melakukan hal-hal baik. Dengan demikian, bulan Rajab menjadi penuh makna.
2. Taubat
Pengajaran kedua yang dapat kita ambil adalah taubat. Taubat secara bahasa sering dipahami dengan kembali. Kita ketahui bahwa bulan Rajab hadir sebelum bulan Ramadhan.
Oleh karenanya, untuk meraih keistimewaan tersebut kita perlu intropeksi dan menganalisis diri apa yang sudah kita lakukan selama hidup.
Begitu pun, untuk masuk ke dalam bulan Ramadhan Mulia, kita perlu mengembalikan diri kepada fitrahnya, yaitu kesucian. Bulan Rajab pun adalah sebagai awal perjalanan dan pembelajaran untuk meraih kemuliaan tersebut.
3. Isra Mi'raj
Pengajaran ketiga pada bulan ini adalah peringatan Isra Mi'raj-nya Nabi Muhammad. Selain itu, perintah shalat diturunkan kepada umat muslim.
Shalat di sini dapat kita pahami sebagai mengingat. Sehingga, untuk membuat bulan ini penuh makna, kita perlu banyak mengingat Tuhan. Karena dengannya, dalam melakukan segala aktivitas, kita senantiasa bersamanya.
4. Puasa
Pengajaran keempat adalah puasa. Puasa dapat dipahami sebagai menahan. Menahan di sini adalah menahan sesuatu yang buruk yang terdapat pada diri agar hal itu tidak terjadi dan menahan segala sesuatu yang buruk yang terdapat di luar diri, agar hal itu tidak membuat kita terjerumus ke dalam hal-hal yang buruk.
5. Sodaqoh
Pengajaran terkhir yaitu sodaqoh. Dalam hal ini, sodaqoh dipahami sebagai pemberian suatu hal yang baik terhadap orang lain. Secara filosofis, memberi hal baik kepada orang lain, makan sesuatu yang baik itu akan kembali pada diri kita sendiri. Sebagai contoh, kita mengajarkan orang lain suatu ilmu pengetahuan, maka tanpa diketahui oleh kita, bahwa ilmu pengetahuan yang ada pada diri akan semakin bertambah.