Namun yang menjadi faktor adanya suatu  keeratan dalam pertemanan adalah adanya saling bantu membantu dalam aktivitas sehari-hari yang tentunya jika saling membantu artinya secara harfiah pertemanan menjadi sehat karena terjadinya simbiosis mutualisme yaitu saling membutuhkan satu sama lain tanpa adanya salah satu pihak yang diuntungkan dan merugikan pihak lainnya.
Kita sebagai manusia sudah sepatutnya hidup berdampingan namun saling membantu dan jangan mementingkan kepentingan pribadi terlebih dahulu sebab nantinya orang lain akan jengah kepada kita.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang senang bergotong royong dan ramah terhadap siapa saja baik warga lokal maupun mancanegara yang kemudian menjadi salah satu identitas diri bangsa Indonesia.
Menjalin relasi merupakan faktor penting dalam dunia pertemanan baik teman sekolah, masa kecil, sampai teman dilingkungan kerja sebaiknya kita memiliki hubungan baik dengannya maupun dengan semua orang agar jika kita mengalami kesusahan kita mudah mendapatkan bantuan, begitupun jika orang tersebut mengalami kesulitan kita juga tidak akan sungkan membantunya.
Namun sekarang ini, kehadiran media sosial dan semakin banyaknya perumahan yang jarang adanya interaksi dengan warga atau teman sekitar membuat perlahan nilai-nilai kebersamaan dan kerukunan bangsa Indonesia juga semakin tergerus dalam dunia pertemanan juga mulai banyak ditemukan lebih individualis sekaligus hanya datang saat ada maunya saja, sementara jika tidak ada keperluan tidak akan bertegur sapa sekalipun, padahal datang bisa setiap saat tanpa hanya ada keperluan saja.
Bagi saya datang saat ada maunya sama saja dengan peribahasa habis manis sepah dibuang yang hanya datang, saat diberikan sesuatu dan jika sudah terpenuhi hajatnya pergi hal tersebut selayaknya tidak dilakukan karena memiliki gesekan negatif yang bisa saja berakibat secara fatal pada orang lain yang merasa tidak diuntungkan karena satu pihak saja yang memiliki kepentingan.
Jika situasinya tidak memungkinkan dan darurat baik saya atau pun orang lain rasanya juga memahami jika simbiosis mutualisme tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Namun, jika kemudian mempunyai pertemanan toxic atau beracun dengan banyak keuntungan maka hal itu seharusnya menjadi pertimbangan pertemanan bisa dilanjutkan atau tidak,jika memang hanya ada perlunya tinggalkan perlahan saja sembari kita mengingatkan kesalahan yang diperbuat olehnya dengan cara baik-baik.