Sedang aku tak punya apa-apa.
Perlahan makhkuk bertanduk besar mulai membisikan di kedua telingaku.
Kau beri saja dengan goresan yang kau dapat dari sikap saat kau masih bersamanya.
Apakah pantas?....
Ya, itulah hal yang pantas aku berikan.
Sebuah kado istimewah....
Mewah dengan paras luka yang mepesona, hati yang pecah tak berdaya, hancur bersama serpihan bara dan abu.
Tidak.....
Aku tersesat diantara iblis jahat yang merasuki dayaku.
Tidak seharusnya aku mendengarkan bisikan itu.
Ya, aku harus balut kado istimewah ini dengan doa.
Bukan amarah yang terpendam untuk pulangkan pada asalnya.