Contoh ketika ada seorang Perempuan yang menurut Sebagian orang terbuka, tetapi menurut Perempuan tersebut itu adalah hal yang biasa saja, siapa yang patut disalahkan atas kejadian seperti ini? Kebebasan menyampaikan sesuatu dan kebebasan berpendapat terhadap sesuatu, ada sedikit ambiguitas disini.
Sejatinya, tidak ada yang perlu disalahkan atas kejadian seperti ini. Tetapi, diri kita sendiri lah yang perlu mawas diri atas apa yang kita lakukan. Kita ambil dari kedua belah pihak contoh permasalahan yang tadi, sebagai manusia yang ingin dirinya dilihat di media oleh banyak orang, tentunya harus siap dengan konsekuensi yang akan dia terima walaupun itu adalah hak. Tetapi, kebebasan bukan berarti tidak ada Batasan. Nah, sebagai manusia yang ingin berpendapat di dalam media sosial, tentunya kita harus mengerti Batasan berpendapat. Sebab, kebebasan berpendapat pun harus memperhatikan etika berpendapat.
Bahasa, terdapat banyak teori yang dibentuk atau dibuat oleh para ahli tentang Bahasa, tetapi dari banyaknya pendapat yang dirumuskan oleh para ahli itu, Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan manusia untuk dapat berkomunikasi oleh kelompok masyarakat.
Ronald Wardhaugh mendefinisikan Bahasa sebagai "suatu sistem simbol vokal yang berubah-ubah yang digunakan untuk komunikasi manusia". Pendapat tersebut merupakan salah satu sifat Bahasa yaitu Arbiter, ungkapan Bahasa bukan tulisan yang isinya bunyi dan makna. Tidak ada kaitannya antara lambang, bunyi dan makna.
Bahasa juga bisa berkembang sesuai dengan suatu aturan yang disepakati pemakainya, karena Bahasa bersifat Arbiter, maka setiap sekelompok masyarakat bisa membuat bahasanya sendiri sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. Masyarakat jawa dengan bahasanya sendiri, begitupun masyarakat aceh dan lain sebagainya, itulah yang menjadi Ciri Khas bangsa kita, berbeda-beda bahasanya dan itulah yang membuat kehidupan di Negara kita  ini lebih Indah dan Berwarna.
Adapun Etika, Etika sangat berkaitan dengan norma, kesopanan, dan tingkah laku. Etika harus menjadi sumber pelajaran masyarakat untuk ber perilaku dan perbuatan, baik di dalam media sosial ataupun kehidupan nyata. Berbahasa pun harus menggunakan Etika. Sebab, penerimaan seseorang bisa tergantung dari bagaimana kita berbahasa. Coba bayangkan bagaimana manusia berkomunikasi tanpa Etika? Dengan mengatasnamakan kebebasan, manusia dengan bebas berbicara atau berpendapat tanpa memperdulikan Batasan Batasan Moralitas.
Mengenai Berbahasa, berbicara, dan berpendapat di manapun tempatnya bahkan di media sosial, tentu saja kita sebagai makhluk yang masih bisa berpikir harus memahami batasan semua itu. Terkadang, kita bisa dilihat atau di nilai orang lain dengan bagaimana kita berbicara ataupun berbahasa. Perihal berpendapat, tentu kita harus tetap mengacu pada Etika berpendapat. Sebab, bebas bukan berarti tak terbatas.
Maka dari itu diri kita lah yang bisa mengontrol semua itu, media bukan suatu sistem yang salah, Tetapi kita sendiri yang menjadikan media sebagai sumber masalah. Jadikan media sebagai alat untuk hal-hal yang positif, sebarkan kebenaran, ketika ingin berpendapat tetap menggunakan etika berpendapat. Kita adalah apa yang kita perbuat dan lakukan, jangan gunakan hak berbicara atau kebebasan untuk melakukan hal yang diluar batas kewajaran. Sebab, memanusiakan manusia adalah hal yang paling penting di dunia ini.