Ketika dengan tegar membusung dada, berdiri dan berjalan terbungkus toga hitam, bertopi kesarjanaan, di bawah ribuan pasang mata. Lengkaplah sebuah kebanggaan menggumpal menggetarkan jiwa. Saat bukan lagi bayang-bayang, tapi telah menjadi kenyataan, ia seolah sedang merambah jalan menuju surga dunia. Hidup dilihatnya sebagai hiasan dinding ciptaan pelukis aliran naturalis. Pada hari diwisuda, untuk pertama kalinya mengayunkan langkah sebagai sarjana keluar dinding kampus, sambil berucap “bebas euy” tak lupa melambaikan tangan, “selamat tinggal” kampus tercinta.
KEMBALI KE ARTIKEL