Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Refleksi Diskusi “Mencandra Waktu dalam Entitas Diri”

24 Oktober 2012   05:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:27 131 0

Menurut Heidegger ada tiga tahap dalam proses dasein yang berusaha “mewaktu”. Yang pertama adalah proses bernama“keterlemparan”, di mana seseorang membuat pertanyaan tentang dirinya sendiri, tentang mengapa ia lahir, tujuan hidup dan sebagainya. Setelah ia berhasil melewati tahap itu, ia sampai pada tahap kedua yaitu “keseharian”. Dalam hal ini manusia sadar akan “eksistensi” selain dirinya. Apabila telah berhasil melewati tahap ini, seseorang benar-benar menjadi makhluk sosial karena ia sadar tidak sendiri di dunia ini. Sedangkan tahap terakhir adalah kematian. Kematian disini tidak hanya berarti mati dalam jasad. Dalam kajian eksistensialisme ketika dasein mati, selain jasadnya yang kehilangan nyawa, ia juga mati dari keadaan sosial. Ia dianggap mati lebih karena kesempatannya untuk “mengada” dalam komunitas sosial hilang karena kematian jasadnya. Yang menarik adalah, bagi seorang eksistensialis seseorang terkadang tidak hanya satu kali “mati”. Ia bisa dikatakan “mati” apabila ia tidak bisa mengada di komunitas sosial dimana ia mengada. Inilah kurang lebih yang ingin disampaikan oleh rekan seperjuanganku di Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) IDEA dalam tulisannya yang berjudul “Mencandra Waktu dalam Entitas Diri” yang akan dimuat di Majalah IDEA edisi 33 yang mengusung tema “Waktu”. Majalah IDEA adalah majalah semi jurnal yang diterbitkan oleh LPM IDEA yang memuat berbagai diskursus ke-ushuluddin-an meliputi pemikiran Tafsir, Hadis, Filsafat, Psikologi, Sosial, perbandingan agama, dsb.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun