Kompasiana Blogshop di Makassar 31 Maret kemarin berlangsung sangat meriah. Lebih 200 orang terdaftar sebagai peserta. Tanpa biaya registrasi, kegiatan semacam ini tentu saja banyak peminatnya apalagi selain mas Iskandar Jet (dari Kompasiana.Com) dan Kang Pepih Nugraha (dari Kompas.Com) hadir pula Bang A. Fuadi – penulis novel best seller Negeri 5 Menara yang memberikan sharing pengalamannya dalam menulis novel sekaligus roadshow film bertajuk sama yang tengah tayang di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia ini.
Benang Merah dari Tiga Materi
Mas Iskandar Jet memaparkan tentang bagaimana menggali ide dan bagaimana menuliskannya secara kreatif. Kang Pepih memaparkan tentang bagaimana menggali ide dan bagaimana menuliskannya secara kreatif dalam bentuk naratif. Sementara Bang A. Fuadi memaparkan bagaimana proses kreatif dirinya dalam menggali ide dan menuliskannya menjadi novel sekaligus memotivasi peserta melalui pencapaian yang diperolehnya dari seorang anak kampung tepi danau Maninjau sehingga bisa bersekolah di beberapa negara dan melakukan backpacking ke 30 negara bersama istri tercinta, membuat novel yang laris-manis, menggugah banyak orang, dan kini telah difilmkan pula.
Dari ketiga pemateri ini saya menyimpulkan bahwa ibarat udara - ide ada dimana-mana. Ia ada di balik koran/berita, buku/majalah, TV/radio, internet, film, perjalanan, pengalaman pribadi, bahkan dalam percakapan sehari-hari. Tinggal bagaimana kepekaan kita dalam ‘menangkap’-nya dan menuangkannya dalam deretan huruf yang bermakna.
Sangat menarik pengalaman bang A. Fuadi karena profesi terdahulunya adalah wartawan. Semua orang tahu, gaya menulis wartawan dan novelis jauh berbeda. Maka untuk bisa membuat novel yang enak dibaca, bang A. Fuadi bersungguh-sungguh belajar. Berbagai buku menulis fiksi dalam bahasa Inggris dilalapnya, ia pun belajar dari kamus dan tesaurus.
Ia memantapkan niatnya menulis yaitu ingin memberi manfaat kepada sebanyak-banyaknya orang, dan ia melakukan riset dengan mengumpulkan bahan. Ia juga membuat alur kerja – di antaranya dengan membuat mind mapping dan mempelajari semua catatan/surat lama untuk mendeskripsikan kembali karakter, alur, plot, dan setting dengan presisi. Selain itu ia senantiasa memaksa diri menulis secara konsisten setiap hari, sibuk bukan alasan tak melakukannya. Maka transformasi pun terjadi, ia kini menjadi salah seorang novelis yang digandrungi seantero negeri.
‘Oleh-Oleh’ Bermakna
- Kreatif tidak memiliki satu perspektif tunggal yang otoratif. Ia bisa berarti kebaruan atau tidak copas. Yang pasti kreatif itu bukan apa yang dicari tetapi apa yang ditemukan (mas Iskandar Jet)
- Menulislah dari hati tentang cerita kehidupan. Suara hati menunjukkan kepribadian penulisnya. Hal ini perlu untuk memberikan ‘rasa’ dalam tulisan agar tidak membosankan. Menulislah selayaknya bercakap-cakap. Jangan menulis seperti orang lain menulis (kang Pepih).
- Menulis bisa membuat awet muda. Kalimat ini merupakan kiasan dari: jasad akan dikubur tapi tulisan akan tetap hidup. Maka menulislah yang baik-baik yang tak sekadar kata-kata. Sehingga tulisan itu mempunyai kekuatan dan ‘menembus kepala’ banyak orang. Ingat motto Man Jadda Wajada – barang siapa bersungguh-sungguh akan ‘mendapatkan’ (bang A. Fuadi)
Islamic Banking (IB)
Sesi terakhir dibawakan oleh seorang pegawai Bank Indonesia. Diawali dengan seruan Man Jadda Wajada, ia memberikan sedikit penjelasan mengenai Islamic Banking, “Perbankan syariah tidak bersifat eksklusif. Ini adalah solusi dari sistem perbankan. Siapa pun bisa menjadi nasabah. Salah satu contohnya nasabah kami adalah Susi Susanti.”
IB adalah tuan rumah yang baik dalam blogshop kali ini. Bukan hanya ruangan yang nyaman, konsumsi yang enak pun disediakan bagi peserta. Dua dos snack dan satu dos besar makan siang yang sarat sungguh membuat kami sangat konsentrasi mengikuti acara ini. Terimakasih IB.
***
Ini kali kedua saya mengikuti Kompasiana Blogshop. Semua materi tak ada yang sama dengan tahun lalu. Baik mas Iskandar Jet dan kang Pepih patut diacungi jempol dalam hal ini. Dan tentu saja patut pula diacungi buat bang A. Fuadi yang telah bersedia membagi pengalaman berharganya. Terimakasih Kompasiana.