Mohon tunggu...
KOMENTAR
Analisis

Kopi Oposisi

28 Januari 2024   07:06 Diperbarui: 28 Januari 2024   07:12 61 0

Panasnya suasana politik negeri menjalar sampai ke pelosok, mempengaruhi topik pembicaraan di sela-sela kesibukan mencari nafkah untuk menyambung hidup yang terasa semakin berat dari hari ke hari.

Sambil menyeruput kopi dan beberapa potong roti, obrolan pagi itu bersambung sampai akhirnya menyerempet pada pilihan pada pileg dan pilpres. Tidak dapat dipungkiri, setidakpeduli apapun kita pada politik, mau tidak mau kita akan terlibat.

Tersebutlah kelompok 'golput', yang merasa tidak tertampung aspirasinya oleh partai politik, para caleg sekaligus capres dan cawapres yang diusungnya. Mereka memilih untuk tidak memilih karena merasa tidak ada yang representatif mewakili kepentingannya. Pilihan untuk menjadi golput ini harus dihormati, namun kembali, pada kenyataannya tetap akan ada singgungan kepentingan sekaligus kebutuhan karena para golputers ini akan tetap tinggal di Indonesia dengan segala aturan yang diberlakukan.

Selanjutnya, jika akhirnya harus memilih, siapa yang akan sebaiknya kita pilih? Meski bukan persoalan mudah, tapi tentu tidak perlu dipersulit karena kriterianya sudah jelas, pilih harus dijatuhkan pada mereka yang terbukti memperjuangkan kepentingan orang banyak dibandingkan kepentingan pribadinya.

Pemilih pragmatis akan mendasarkan pilihannya pada kepentingan hari ini, jika calon yang diusung pandai membaca situasi dan mengetahui apa kebutuhan mendesak para pemilih, maka akan dapat dipastikan suara akan mengarah kepadanya, maka tak perlu heran jika akan ada modus operandi serangan fajar, berupa amplop berisi selembar uang berwarna biru dan mungkin ditambah beberapa jenis sembako dalam kresek hitam, dengan tak lupa contoh surat suara yang telah modifikasi.

Pada kelompok pemilih lain, tidak hanya cukup hanya amplop dan sekresek sembako, para calon yang berpengalaman dan timses bekerja lebih keras, memanfaatkan dana aspirasi untuk menjaring pemilih, dibuatlah program yang terkesan pro rakyat, dan janji untuk meneruskan kesinambungan program tersebut jika nanti terpilih lagi. Ini tentu lebih baik, dibandingkan dengan yang hanya sekali datang, lalu tak pernah hadir lagi hingga 5 tahun setelahnya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun