Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Surga, Milik Orang Beriman dan Berbuat Baik

25 April 2010   16:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 2223 0
PRA-KATA

Sewaktu kecil hidup dikampung, sewaktu kuliah dan bekerja di perantauan, hingga saat sudah dewasa bekerja di negeri orang ; seringkali saya mendengar klaim dalam ceramah-ceramah agama – maaf, khususnya ceramah agama Islam – yang menyatakan hanya golongan mereka saja yang akan masuk surga. Benarkah demikian ?

Surga adalah tujuan akhir dalam proses panjang perjalanan hidup manusia yang beriman. Surga digambarkan sebagai kehidupan yang penuh rahmat, yang hidup ditemani bidadari yang takkan pernah layu di makan zaman, di surga disediakan apapun yang kita inginkan. Rumah, piring, mangkuk, gelas, dan semua peralatan terbuat dari emas. Pendek kata, hidup di surga adalah hidup yang penuh kenikmatan. Namun untuk bisa masuk ke dalam surga memerlukan tiket yang harus dibeli pada saat hidup di dunia ini, tiket tersebut harus dibeli dengan iman dan amal shaleh, atau dalam bahasa awamnya keyakinan dan perbuatan baik.

Sebagai sebuah tujuan akhir yang penuh kenikmatan, surga selalu dijadikan alat atau wahana sebagai ingatan bagi seseorang untuk mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan tercela dan sebaliknya berbanyak-banyak berbuat baik, dengan satu harapan : agar kelak masuk surga.

MENJALANKAN KEYAKINAN (AGAMA) DENGAN BAIK DAN BENAR

Disinilah peran agama atau keyakinan bermain, dimana agama atau keyakinan sebagai benteng penjaga moral selalu menjanjikan siapapun pemeluknya yang benar-benar beriman dan berbuat baik akan mendapat ganjaran kelak masuk surga. Tidak ada yang salah dalam konsep agama atau keyakinan apapun yang menjanjikan surga tersebut, sebab Allah sebagai pemberi wahyu keagamaan memang secara jelas memberikan jaminan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh sebuah surga yang penuh kenikmatan.

Sebagai benteng penjaga moral, sudah semestinya konsep agama atau keyakinan harus diterangkan secara baik dan benar, agar masyarakat pada umumnya bisa memahami konsep agama atau keyakinan dengan baik dan benar, dan mampu mengejawantahkan nilai-nilai luhur agama atau keyakinan tersebut dalam praktek kehidupan dengan baik dan benar, sehingga surga yang dijanjikan Allah dan menjadi tujuan akhir setiap orang tersebut benar-benar bisa menjadi miliknya kelak.

Namun sangat disayangkan, dikarenakan begitu besarnya harapan setiap orang untuk bisa masuk surga justru surga dijadikan alat atau wahana bagi sebagian juru dakwah atau seseorang yang memiliki keyakinan atau pemahaman tertentu untuk mempengaruhi orang lain atau masyarakat agar mau mengikuti keyakinan atau pemahaman sang juru dakwah tersebut. Lebih parah lagi jika transfer pemahaman atau proses penyampaian keyakinan atau pemahaman tersebut kepada masyarakat awam dilakukan dengan cara memaksakan kehendak ; seperti dengan mengatakan keyakinan atau pemahaman kelompok mereka saja yang benar ; atau dengan melarang melakukan perbuatan baik (amal shaleh) yang sudah menjadi adat kebiasaan atau budaya masyarakat dengan dalil-dalil penafsiran sendiri dengan mengatas-namakan Allah padahal faktanya Allah sendiri tidak menyebutkan dalil-dalil tersebut dalam Al-Quran.

Akan menjadi persoalan besar ketika ceramah para para juru dakwah adalah memiliki agenda tertentu atau pemahaman tertentu yang merasa paling benar sendiri, pada akhirnya proses penyampaian dakwah akan menyimpang dari waton-waton Islam yang semestinya penuh rahmat (rahmatan li l-alamin) ; seperti menyalahkan pemahaman orang lain, menyalahkan cara hidup orang lain, menyalahkan praktek atau ibadah orang lain, dan menyalahkan agama-agama lain. Sehingga ceramah bukan lagi memakai waton tetapi menjadi waton ceramah. Pendek kata, segala sesuatu yang tidak sehaluan dengan kelompok mereka akan dikatakan salah, dan semua itu mengatas namakan Allah SWT.

Jika demikian halnya, maka surga yang menjadi tujuan akhir tersebut belum tentu akan tercapai. Jangankan bicara jauh-jauh mengenai surga yang masih jauh dan tidak dapat kita lihat dimana keberadannya ; jika ceramah agama sudah dimasuki agenda terselubung, maka dapat dilihat dalam kehidupan nyata di dunia ini pastinya akan terjadi gesekan atau ketidak-nyamanan dalam kehidupan, seperti ; suami istri bertengkar soal syukuran (syukuran ala Jawa khususnya, yang umum disebut bancaan) karena di klaim syirik atau menyimpang dari ajaran Islam atau tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad; ketimpangan hidup para warga bukan menjadi wahana untuk saling tolong menolong atas nama ibadah dan sedekah namun sebaliknya menjadi sebuah pergunjingan; perbedaan pandangan bukan menjadi sebuah keberagaman dalam kesatuan tetapi justru menjadi alat untuk mencemooh atau menyalahkan atau menjelek-jelekkan pihak lain karena ego merasa benar sendiri dan ingin menang sendiri. Realita ini jika tidak segera disadari dan masih saja terus menerus berjalan dengan pemahaman yang merasa benar sendiri maka surga yang menjadi tujuan akhir itu bukan hanya tidak akan tercapai, namun akan sangat jauh panggang dari api.

Jadi, untuk siapakah surga itu sebenarnya ?

ORANG-ORANG YANG BERHAK MASUK SURGA

Surga adalah suatu tempat yang Allah janjikan dan sediakan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh sebagai ganjaran selama hidup di dunia yang telah berbuat baik (beramal shaleh). Walaupun surga adalah tempat yang tidak dapat dilihat dengan mata kepala atau panca indra namun kita wajib percaya akan keberadaannya. Sebagai orang yang beriman, kita harus percaya kepada Allah, Hari Kiamat, dan Kitab-Kitab suci yang Allah turunkan. Dan Allah dalam kitab suci Al-Quran banyak berfirman mengenai surga dan orang-orang yang akan masuk ke dalamnya.

Surga adalah tempat yang ghaib, sehingga firman-firman Allah tentang surga adalah ayat mutasyabihat, artinya hanya Allah yang megetahui kebenarannya namun kita harus mempercayai keberadaan surga tersebut. Kita sebagai manusia ciptaan Allah yang dianugerahi daya pikir dan rasa hendaknya memahami firman-firman tersebut dengan daya fikir yang tinggi dan rasa yang mendalam agar kita mampu mendapatkan ilham untuk memaknai maksud firman tersebut dengan benar.

Allah dalam firman-Nya banyak menjelaskan jenis-jenis surga seperti surge Adn, surga Firdaus, dan sebagainya beserta siapa yang berhak masuk kedalam surga-surga tersebut. Namun dalam kesempatan ini kita tidak akan membahas secara detail berapa banyak jenis surga dan siapa saja yang berhak masuk ke dalam masing-masing surga tersebut. Dalam kesempatan ini kita akan membahas surga secara umum dan siapa yang kelak akan masuk ke dalam surga.

Merujuk pada firman Allah dalam Al-Quran, secara umumnya ada 3 kelompok orang yang akan masuk surga, yaitu :
1. Orang-orang yang menganut agama Islam yang benar-benar beriman dan beramal shaleh ; hidupnya berpegang pada wahyu Allah yang disebut Al-Qur’an, yang terimplementasikan pada hati, tutur kata, dan perbuatan hidupnya yang mencerminkan nilai-nilai wahyu Allah.
2. Orang-orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani yang benar-benar beriman dan beramal shaleh ; hidupnya berpegang pada wahyu Allah yang diturunkan kepada mereka yaitui Taurat, dan Injil, yang terimplementasikan pada hati, tutur kata, dan perbuatan hidupnya yang mencerminkan nilai-nilai wahyu Allah.
3. Orang-orang yang masuk golongan Shabiin yang benar-benar beriman dan beramal shaleh, yaitu orang-orang yang mengikuti syariat Nabi-nabi zaman dahulu dan orang-orang yang menyembah Allah dengan cara menyembah bintang, matahari, dewa, batu, pepohonan, dan lain-lain karena ketidak-tahuan mereka dimana keberadaan Allah yang sebenarnya sehinggga meyakini (mengimani) bahwa Allah atau kekuatan Allah berada pada bintang, matahari, batu, pohon, dan lain-lain ; dimana dengan keyakinan tersebut mereka mampu mendapat ilham dari Allah sehingga benar-benar beriman dan hidupnya beramal shaleh ; yang terimplementasi pada hati, tutur kata, dan perbuatan hidupnya yang mencerminkan nilai-nilai luhur hidup dan kehidupan.

Firman Allah dalam QS Al-Maidah ayat 69 :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 62 :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[1], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[2], hari kemudian[3], dan beramal saleh[4], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Keterangan
[1] : Shabiin ialah Orang-orang yang mengikuti syariat Nabi-Nabi zaman dahulu dan orang-orang yang menyembah Allah dengan cara menyembah bintang, matahari, dewa, batu, pepohonan, dan lain-lain .
[2] : Orang-orang Mukmin, Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang benar-benar beriman kepada Allah (Tuhan Pencipta Alam Semesta), bukan hanya beriman pada ucapan, melainkan juga di-implementasi-kan pada hati, tutur kata, dan perbuatan hidupnya yang mencerminkan nilai-nilai wahyu Allah; mereka mendapat pahala dari Allah.
[3] : Ialah meyakini bahwa hari kemudian atau hari kiamat atau akherat adalah benar-benar ada, dan meyakini keberadaan surga dan neraka; sehingga bisa menjadikan pengingat untuk selalu berbuat baik agar kelah masuk surga dan menghindari perbuatan yang tidak baik karena perbuatan tidak baik akan membawa manusia masuk ke neraka.
[4] : Amal Shaleh ialah perbuatan yang baik yang mencerminkan nilai-nilai luhur, akhlak mulia, moral dan etika yang baik, yang dengan sendirinya sesuai dengan nilai hidup dan kehidupan yang dikehendaki Allah.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Salman Al-Farisi bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Ia terangkan cara shalatnya dan ibadahnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (QS Al-Baqarah ayat 62) sebagai penegasan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat shaleh akan mendapat pahala dari Allah SWT.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan al-Adni dalam musnadnya dari Ibnu Abi Najih yang bersumber dari Mujahid.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika Salman Al-Farisi menceritakan kepada Rasulullah kisah teman-temannya, maka Nabi Muhammad SAW bersabda: "Mereka di neraka." Salman berkata: "Seolah-olah gelap gulitalah bumi bagiku. Akan tetapi setelah turun ayat ini (QS. Al-Baqarah ayat 62) seolah-olah terang-benderang dunia bagiku."
(Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Abdullah bin Katsir yang bersumber dari Mujahid.)

Dari firman Allah pada QS Al-Baqarah ayat 62 tersebut diatas sekiranya sudah cukup jelas siapa saja orang-orang yang akan masuk surga. Jadi, siapapun makhluk Allah di dunia ini berhak untuk masuk surga, baik itu orang-orang yang beragama Islam, Yahudi, maupun Kristen, bahkan orang-orang dalam golongan Shabiin sekalipun bisa masuk surga. Yang menjadi kunci masuk surga bukan label apa atau agama apa atau keyakinan apa yang dianut, melainkan IMAN kepada Allah yang sebenar-benar iman dan percaya pada hari kiamat. Kemudian dari keyakinan tersebut berkorelasi positif dalam hidupnya di dunia selalu ber- AMAL SHALEH (berbuat baik).

Dari kisah Salman Al-Farisi diatas juga menunjukkan bahwa Allah menurunkan ayat diatas sebagai ralat atas sabda nabi Muhammad SAW yang sebelumnya menyatakan bahwa orang yang beragama lain dengan tata-cara sembahyang yang berbeda akan masuk neraka. Kita harus percaya bahwa nabi Muhammad adalah orang yang terjaga oleh Allah dimana kecil kemungkinan untuk seorang nabi Muhammad melakukan kesalahan dalam bersabda. Tetapi proses turunnya firman Allah tersebut memang Allah buat demikian agar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang mau berfikir.

Jadi, jangankan orang Islam yang berlainan cara sembahyang; orang-orang yang beragaman lain atau keyakinan lain pun berhak untuk masuk surga. Agama atau keyakinan apapun yang terpenting adalah Iman (Keyakinan) dan Amal Shaleh (Perbuatan Baik).

Walaupun dalam QS Al-Baqarah ayat 62 tersebut diatas Allah tidak secara jelas menyebut kata “surga”, namun Allah dengan jelas menyebut kata “mendapat pahala”. Siapa saja yang benar-benar beriman dan beramal shaleh akan mendapat pahala. Dan orang yang banyak pahala imbalannya adalah surga. Jadi, dengan kata lain ; siapa saja yang benar-benar beriman dan mengerjakan amal shaleh akan masuk kedalam surga.

Berikut ini beberapa firman Alllah yang menunjukkan hal tersebut :

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” QS Al-Hajj ayat 14.

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera.” QS AL-Hajj ayat 23.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” QS Al-Kahfi ayat 107.

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.” QS Al-Jatsiyah ayat 30.

Antara Iman dan Amal Shaleh adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Jika seseorang itu beriman dengan sebenar-benarnya iman maka akan berkorelasi positif pada perbuatan-perbuatan yang baik (amal shaleh), atau sebaliknya, jika seseorang itu perbuatannya baik (amal-nya shaleh) maka sudah tidak diragukan lagi bahwa dia adalah orang beriman. Iman adalah suatu keyakinan, dan amal shaleh adalah wujud nyata atau implementasi dari keyakinan tersebut yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Yang menarik untuk disimak adalah, ternyata bukan hanya penganut agama samawi saja yang berhak masuk surga seperti umat Islam, Nasrani, dan Yahudi. Tetapi golongan Shabiin (penyembah bintang, matahari, dewa, batu, pepohonan, dan lain-lain) yang menyebah Alllah berdasarkan ilham pun juga berhak masuk surga. Disinilah kita harus berfikir kritis;
- Bahwasanya penyembah bintang itu hakikatnya bukan menuhankan bintang, melainkan meyakini bahwa Tuhan pencipta alam semesta ini berkedudukan di dalam bintang.
- Bahwasanya penyembah batu dan pepohonan itu hakikatnya bukan menuhankan batu atau pohon, melainkan meyakini bahwa kekuatan Tuhan berada pada batu atau pohon yang mereka jadikan perantara untuk menyebah.
- Begitu juga orang-orang yang menyembah dewa, pada hakikatnya mereka juga menyembah Tuhan sang pencipta alam, hanya dalam bahasa yang berbeda.
- Kalau kita perbandingkan kepada umat Islam yang menyembah Allah dengan menghadap ka’bah sebagai kiblat, sedangkan kita juga tahu bahwa ka’bah itu adalah sebongkah batu besar. Pastinya orang Islam tidak menuhankan batu besar atau ka’bah tersebut. Ka’bah hanya sebagai sarana menyatukan kiblat bagi umat Islam, sedangkan sesembahan umat Islam adalah Allah SWT.
- Begitu juga dengan umat Kristen yang menyembah Allah dengan memasang salib Nabi Isa AS. Pastinya orang Kristen bukan menuhankan salib, Tuhan mereka tetap Allah, yaitu Tuhan pecipta alam semesta.

Demikianlah, apapun agama atau keyakinan dan bagaimanapun cara menyembah Allah, yang terpenting adalah dari keyakinan tersebut dapat menjadikan seseorang dalam hidup dan kehidupannya berbuat baik (beramal shaleh) maka dia berhak untuk masuk surga.

SARAN

Meyakini agama atau keyakinan yang kita anut adalah suatu keharusan (wajib). Dan dengan keyakinan tersebut hendaknya dapat mengejawantah pada hati yang baik dan bersih dari penyakit hati seperti iri, dengki, kikir, riak, tamak, takabur dan sebagainya. Kemudian diiringi dengan tutur kata yang baik dan menyejukkan, jauh dari ucapan-ucapan yang menyakiti atau menjelek-jelekkan atau menyalahkan apalagi memfitnah orang lain. Serta ditindak-lanjuti dengan perbuatan-perbuatan atau ibadah-ibadah hidupnya yang senantiasa baik dan memberikan kenyamanan bagi orang lain. Itulah IMAN dan AMAL SHALEH, dan itulah kunci masuk SURGA.

Jauhkan diri dari ego merasa benar sendiri agar hati dan fikiran lebih terbuka untuk menerima kebenaran yang hakiki, sehingga jalan hidup di dunia yang kita tempuh sekarang ini bisa menjadi tiket untuk masuk surga kelak di akherat.

PENUTUP

Demikian uraian singkat dengan pokok bahasan “Surga – Milik Orang-orang Beriman dan Berbuat Baik” ini dibuat dengan tulus ikhlas tanpa ada tendensi apapun selain mengharap ridha kepada Allah SWT. Jika sekiranya ada perbedaan-perbedaan pemahaman atau perbedaan pendapat diharapkan bisa menjadi sebuah kemajemukan dalam ber-Islam dan saling menyadari dari sudut manapun kita melangkah, intinya tetap menyembah satu Allah, dan sama-sama mengharap semoga Islam kita sama-sama menjadi rahmat bagi alam, dan jalan hidup yang kita tempuh di dunia ini bisa menjadi kunci untuk masuk surga kelak di akherat.

Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah Allah selalu memayungi kita.
Banaran, 25 April 2010

MUGIYONO BAYU KRESNO, S.Pd

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun