Malam itu, suasana di rumah terasa lebih hening dari biasanya. Lis duduk di ruang keluarga, jantungnya berdebar kencang, dan tangannya berkeringat dingin. Di seberang meja, Bu Siti—ibunya, dan Pak Mino—ayahnya, duduk dengan tenang, tidak menyadari badai emosi yang sedang berkecamuk dalam dirinya. Mereka berbicara tentang hal-hal yang hari itu terjadi, tetapi Lis hampir tidak mendengar isi pembicaraannya. Pikirannya terus berputar-putar, memikirkan dokumen yang tadi siang ia temukan.
KEMBALI KE ARTIKEL