Biasanya setelah Restoran tutup Remund akan mengantar Lintang kembali ke hotel tempatnya menginap. Memanfaatkan sedikit waktu untuk mengobrol dan mengakrabkan diri.
Ternyata sebenarnya Lintang sangat enak diajak bicara, perempuan itu cukup berkelas dengan pengetahuannya yang tak bisa diremehkan. Biasanya di sela waktu luang, mereka bicara tentang banyak hal, dari mulai musik, film, buku, dan travelling. Lintang begitu antusias mendengarkan pengalaman Remund mengunjungi tempat-tempat dari satu negara ke negara lain di masa mudanya.
"Kau tahu.. Sejak kecil aku ingin pergi keliling dunia. Bahkan aku pernah bercita-cita memiliki sebuah rumah yang indah di tepi pantai," gumam Lintang seolah sedang membagikan mimpi masa kecilnya.
"Kau suka pantai?
Lintang mengangguk, tapi sesaat kemudian menerawang.
Remund menangkap kesedihan dalam kalimat Lintang, tapi ia tak berani menanyakan. Sejauh ini Remund hanya menjadi pendengar, tak pernah memaksa Lintang bicara masalah pribadinya, tapi Remund tidak suka setiap kali melihat sepasang mata indah perempuan cantik itu berselimut kabut. Remund benci melihat Lintang tidak bahagia.
"Semoga satu saat keinginanmu tercapai," ujar Remund memberi semangat.
Lalu dengan segera Lintang akan mengganti topik pembicaraan, dia menyesal dirinya begitu mudah terbawa perasaan.
Akhirnya setelah satu minggu absen Cheef Riffzi masuk juga. Remund mengirimkan pesan whatsapp singkat.
"Nanti tidak usah ke Resto, aku akan menjemputmu jam 7. Kita akan bersenang-senang."
Lintang menjawab singkat. Tiba-tiba hatinya bergemuruh riuh sekali.