Namanya Jamrong, sebutlah begitu, remaja tanggung lulusan SMP dengan profesi kerja serabutan. Bukan masalah pekerjaan Jamrong yang menarik perhatian penulis – karena kerja serabutan apalagi hanya berbekal ijasah SMP tampak amat lumrah di negeri ini, namun perihal kebiasaan “sadis” yang biasa dilakukan remaja itu: menenggak “oplosan”. Dengan modal saweran, Jamrong dan beberapa rekan biasanya melewatkan malam minggu dengan menenggak “minuman maut” itu tanpa rasa khawatir, nyawanya bisa saja menjadi alat tukar. Bukti telah banyak, nyawa meregang dengan cara mengenaskan demi minuman beralkohol yang konon murah meriah itu.