Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Kali Pepe, Dulu dan Kini

15 Maret 2015   22:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:36 487 0
Air di sungai yang melintasi Kota Solo itu hitam pekat. Alirannya kecil. Suara gemericik yang terdengar bila mendekat menandakan kali tersebut dangkal. Baunya juga menyengat.

Ya, Kali Pepe, demikian orang Solo menyebutnya. Kali ini melintasi kota. Salah satunya melintasi kawasan Sudiroprajan, sebuah kampung pecinan di Kota ini.

Bagi Wong Solo, kali ini sangat legendaris. Konon, kali ini telah ada sejak Kota Solo didirikan. Kali Pepe telah disebut-sebut sejak zaman Kerajaan Pajang abad XVI. Demikian kali ini disebut-sebut dalam serat Sri Radya Laksana karya Mas Ngabehi Pradya Duta.

Arti penting Kali Pepe telah disebut sejak zaman Majapahit. Kali ini diyakini sebagai salah satu pelabuhan kecil yang menjadi bagian dari jalur perdagangan Bengawan Solo.

Di dalam kumpulan cerita rakyat wong Solo, Kali Pepe juga punyai kisah. Konon, di Kali ini seorang pangeran bernama Pangeran Pabelan di bunuh di Kali ini. Pangeran malang itu dibunuh Raja Pajang karena nekat menjalin hubungan kasih dengan putrinya.

Oleh karena si pangeran digdaya, rohnya yang tersangkut di Kali Pepe meminta dikuburkan di dusun Solo. Dengan permintaan ini roh pangeran menjanjikan dusun Solo nantinya akan menjadi Kota Besar.

Dari kisah ini Solo kini berkembang. Ia tidak lagi menjadi kota kerajaan yang pernah jaya sebelum pertengahan abad ke 20, tetapi juga salah satu kota terpenting di Pulau Jawa.

Di atas segala perkembangannya, Kali Pepe menjadi saksi bisu perubahan kota dari masa ke masa. Ia tetap ada, menyimpan garis sejarah dan cerita rakyat yang hingga sekarang masih hidup. Ia tetap mengalirkan airnya, tenang, seperti dulu saat menghanyutkan jasad Pangeran Pabelan.

Apakah ia tetap merupakan kali yang sarat kisah? Mungkin iya. Tapi, apakah kejayaannya sebagai salah satu bandar semasa Majapahit? Jawabannya tentu saja tidak!

Kini, kali ini tak lebih dari kali yang mengalir melewati jantung kota sembari menghanyutkan sampah. Kali ini tidak lebih dari sebuah kali dengan wajah hitam pekat di masa kering, dan berubah menjadi cokelat di masa penghujan. Kalau tanya dimana wajah kota yang paling buruk, maka kali ini bisa menjadi indikator penilaiannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun