Baru-baru ini dunia hiburan malam dikejutkan dengan berita aksi barbar seorang tamu lantaran tawarannya mengajak hubungan intim ditolak oleh seorang pemandu lagu di sebuah karaoke di Kota Malang.
Salah satu pelaku yang diketahui merupakan direktur utama sebuah perusahaan, menyalakkan pistol miliknya. Karaoke itu gaduh. Banyak tamu dikabarkan semburat keluar, dan "sang koboi" itu harus berurusan dengan pihak kepolisian.
Kejadian yang sama juga kerap terjadi di daerah yang lain. Bahkan, diberitakan ada juga seorang oknum aparat kepolisian yang sampai meledakkan pistol miliknya di tempat hiburan malam. Aksinya itu, membuat rekan sejawat harus memeriksanya demi keadilan hukum.
Aksi songong dan sok orang penting juga kerap terjadi tidak hanya di dunia hiburan malam. Saya pernah menjumpai, seorang yang menolak ditilang oleh polisi dan mengatakan bahwa ia mengenal para pejabat yang ada di daerah tersebut.
Tiga kejadian itu lantas mengajarkan kepada kita bahwa perilaku songong karena merasa orang penting atau sok kenal dengan pejabat tertentu masih.
Seorang direktur utama perusahaan, sebagaimana kasus pertama, dalam beberapa berita dikabarkan merayu salah satu pemandu lagu di sebuah karaoke. Sayangnya, rayuan untuk mengajak berhubungan intim di "room" karaoke itu berbuntut penolakan oleh sang Ladies Companion (LC). Direktur utama marah-marah hingga melempar microphone dan saking kalapnya, menembakkan pistol.
Meski dikabarkan sang direktur utama dalam pengaruh alkohol, namun saya menduga bahwa posisinya sebagai orang penting, merasa lebih dibandingkan para LC yang pekerjaannya melayani tamu.
Alhasil, ketika ditolak oleh orang yang ia rasa status sosialnya berada di bawahnya, maka amarah dan keegoisan yang berbicara. Pistol menyalak. Menimbulkan kegaduhan. Akibat ulah sok-nya.
Mohon maaf, saya punya banyak teman yang hobi karaoke dan beberapa kali mengajak sang LC untuk berhubungan intim dan tertolak. Tapi reaksi mereka biasa saja dan tidak songong seperti itu. Karena apa? Teman saya masih menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan tidak membedakan status sosial dari pekerjaan. Ajakan semacam itu tidak lebih hanya sekadar candaan dan tidak pernah dilakukan secara serius.
Apa yang dilakukan para oknum dalam kasus yang saya tulis di atas berbanding terbalik dengan perilaku seorang mega bintang Hollywood bernama Keanu Reeves. Jika anda tidak percaya, coba "googling" saja berita tentang bagaimana kesederhanaan, rendah hati dan kisah percintaannya yang cukup tragis.
Keaanu Reeves dikenal sebagai aktor yang memiliki hati bak emas, dan tak malu untuk menolong kawan yang sedang kesusahan dan berperilaku sosial dengan baik. Beberapa berita mengungkapkan, jika Reeves memiliki yayasan amal sendiri untuk membantu orang tidak mampu.
Salah satu media Amerika yang dilansir CNN Indonesia menceritakan, jika Reeves pernah memberikan tempat duduknya dalam bus kepada seorang wanita karena bawaannya terlalu berat. Bahkan, seolah tidak menunjukkan ke-artisannya, ia sampai rela antre panjang hingga gilirannya tiba.
Bahkan, Reeves sempat menghadiahi semua kru film Matrix dengan sepeda motor Harley Davidson dari penghasilannya. Seakan tidak terpapar nama besar yang membuatnya sombong layaknya artis Hollywood lainnya, Reeves justru menunjukkan sikapnya yang baik. Itu tidak ia buat-buat demi meraih ketenaran, karena tanpa bergaya begitu, beberapa judul filmnya seperti "John Wick" toh sudah melambungkan kembali namanya.
Apa yang bisa kita petik dari Keanu Reeves? Terkadang saat kita menduduki posisi tertentu, ujian terbesar adalah tetap berperilaku rendah hati dan menyisihkan butir-butir kesombongan yang menghinggapi diri.
Tak sedikit, seorang artis yang dulunya dikenal sebagai orang yang supel, baik, rendah hati, mendadak perliakunya berbalik arah, karena merasa derajat sosialnya lebih tinggi. Bukan saja artis, penyakit sosial itu juga bisa terjadi pada pejabat hingga pengusaha yang sudah mendapatkan posisi tertentu.
Mungkin berperilaku sombong dan songong itu menjadi hak anda. Tapi, jangan sampai aksi songong itu malah membahayakan orang lain. Menganggap rendah orang yang status sosialnya di bawah, lalu berperilaku seenaknya tanpa menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Apapun derajat sosial seseorang baik dari pejabat, pengamen hingga seorang pemandu lagu, hak mereka masih sama di depan hukum. Kedudukan mereka masih sama di depan Tuhan yang Maha Kuasa.