Saya selalu saja dibuat kagum pada Ignas Kleden, seorang sosiolog yang juga cerdas dalam mengulas puisi. Tafsir-tafsirnya atas puisi-puisi  Goenawan Mohamad, WS. Rendra, Joko Pinurbo, Dorothea Rosa Herliany, atau Mochtar Pabotinggi sungguh menarik. Setidaknya dengan caranya memberi tafsir, Ignas -bagi saya- telah mengajarkan satu nilai penting dalam kritik puisi, bahwa puisi perlu dipahami dengan sama dahsyatnya dengan puisi yang ditafsirkan. Perasaan seperti ini muncul dalam diri saya ketika Ignas memahami puisi karya Dorothea Rosa Herliany yang berjudul "Buku Harian Perkawinan". Mari kita baca kalimat-kalimat tafsir yang dituturkan Ignas Kleden berikut:
KEMBALI KE ARTIKEL