Siapa dari kita yang tidak mengenal Jaka Tarub? Dia, laki-laki licik yang berhasil memperistri seorang perempuan cantik yang pernah ada di bumi. Perempuan malang yang karena keadaan dengan terpaksa menerima kelicikan laki-laki sebelum pada akhirnya sadar, bahwa dirinya korban dari kebusukan tangan manusia. Pernah saya bertanya-tanya, mengapa pembuat kisah cerita rakyat itu harus menempatkan perempuan (entah siapa pun dia, seorang bidadari ataupun hanya perempuan biasa) sebagai objek pelampiasan. Perusakan atas keindahan telah sengaja diciptakan. Setidaknya ini lah yang juga dirasakan oleh penyair Subagio Satrowardoyo ketika melihat kisah Jaka Tarub yang mengendap-endap dari balik semak melihat kemolekan tubuh telanjang tujuh bidadari. Hanya kebetulan, Nawangwulan yang menjadi korban dari cara acak Jaka Tarub dalam memainkan drama yang dibuatnya. Terlepas dari kehendak si pembuat cerita yang menempatkan Jaka Tarub sebagai kisah asal-usul atau sekadar pelipur lara, kisah itu tetap saja memperlihatkan sebuah "perusakan atas keindahan".
KEMBALI KE ARTIKEL