Kini aku baru tahu, setidaknya untuk diriku sendiri, mengapa Sapardi Djoko Damono menulis puisi dengan baris yang berbunyi "Yang fana adalah waktu, kita abadi". Semenjak dilahirkan hingga usia setua ini, aku hidup dalam bentangan waktu yang bergerak. Waktu tidaklah diam di tempat. Waktulah yang membawaku hingga usia tua. Waktu yang aku alami ketika kanak-kanak, menjadi waktu lampau ketika kini bukan lagi kanak-kanak. Maka dari itu, "waktu" itu fana, tidak abadi.
KEMBALI KE ARTIKEL