Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Tukar Nasib dalam Negeri Autopilot

19 Januari 2012   13:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:41 163 0
Masih ingat dalam ingatan saya tentang suatu acara di salah satu televisi yang saat ini tidak lagi tayang. Singkat kata, di dalam acara tersebut melibatkan dua pihak dimana masing-masing pihak tersebut bosan dengan kehidupannya saat ini dan mendambakan kehidupan layaknya pihak lainnya. Pada umumnya pihak tersebut ialah orang yang beruntung secara ekonomi dan kurang beruntung pada pihak lain

saya jadi membayangkan bagaimana kalau hal ini real terjadi dalam kehidupan di negara kita. Dimana saat ini orang yang kurang beruntung ingin merasakan sesuatu yang "lebih" dari biasanya, dapat benar-benar terjadi di kemudian hari. Ini mungkin hanyalah khayalan saya.

Indonesia merupakan negara yang pertumbuhan ekonominya bagus di saat Eropa terguncang krisis. Hebat bukan??. Pertumbuhan jumlah orang kaya-nya pun berkembang cukup pesat. Di tengah kesemerawutan negara yang terlalu disibukkan dengan dugaan korupsi disana-sini, yang terjadi di semua lini, dengan berbagai cara, perang kekuasaan secara halus pun terjadi. Diluar itu semua, perekonomian Indonesia diklaim tumbuh. Tidak berlebihan jika kita mengatakan hal tersebut hebat.

Mungkin benar juga kalo tak jarang kita mendengar bahwa negara ini adalah negara autopilot. Sebenarnya istilah autopilot itu sendiri digunkan dalam dunia penerbangan maupun perkapalan yang dikendalikan sedemikian rupa oleh ahlinya. Sang ahli memasukkan berbagai rumusan sehingga pesawat maupun kapal, dapat berjalan menuju yang dikehendaki sang ahli. Jadi, apakah negara kita benar-benar autopilot layaknya pengertian auto pilot sesungguhnya?. mari kita mereka-reka sendiri.

Negara ini memang pertumbuhan ekonominya cukup agresif. Namun mengapa kondisi rakyatnya tetap seperti ini?. Mungkinkah pertumbuhan ini hanya berbanding lurus dengan pertumbuhan orang kaya di Indonesia namun tidak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan?.

Yang kaya makin kaya dan yang miskin ya tetap miskin. Mungkin dari sinilah khayalan saya yang saya sebutkan di awal tulisan ini, seandainya saja acara televisi swasta terjadi dalam kehidupan real, dalam arti kata orang yang telanjur kaya bosan dengan kekayaannya dan memberi kesempatan si kurang beruntung untuk menikmati kekayaannya dan si kurang beruntung dengan senang hati penawaran tersebut, maka pertumbuhan ekonomi yang kurang berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyat pada umumnya, dapat dimaafkan dan tentu saja dapat dimanfaatkan. Kenapa?. karena suatu hari pasti Si Kaya akan merasa bosan dan memberikan kekayaannya kepada si kurang beruntung. Dan itulah kesejahteraan murni, dapat diarasakan oleh semua kalangan.

Tapi sayangnya mungkin ini hanya khayalan saya belaka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun