Bangga juga haru saat kemarin hadir di Gala Premier film “12 Menit Kemenangan untuk Selamanya”, yang akan tayang serempak di bioskop seluruh tanah air 29 Januari 2014. Film ini adalah film keempat hasil penulisan skenario istri saya, Oka Aurora yang ditayangkan; di luar beberapa skenario yang batal atau
pending produksi. “Film ini tentang
passion, mengejar
dream, dan mengatasi tantangan yang dihadapi, dalam kemasan dunia marching band”, begitu kata istri saya, saat konferensi pers. Segera kenangan melambung ke Oktober 2010 saat Oka di-PHK karena perusahaannya downsizing. Kejadiannya tepat saat dia masuk lagi setelah selesai cuti hamil putra ketiga kami. Kebetulan saat dia cuti hamil itu, dia hadir di acara reuni SMA-nya, dan bertemu dengan teman SMA yang adiknya seorang penulis skenario, yang kemudian jadi salah satu guru private penulisan skenarionya. Ini benar-benar kebetulan yang diatur Tuhan. Karena ini adalah awal dari titik balik kehidupan istri saya. Cerita detilnya pernah saya tulis di blog saya,
PHK Membawa Bahagia. Istri saya sejak SD memang senang bahasa dan tulis-menulis. Di SMA, sebenarnya dia ingin sekali masuk jurusan A4 (ketahuan deh umurnya… hehe), itu jurusan khusus bahasa. Kalau sekarang mungkin hanya IPS. Tetapi karena arahan orang tuanya, dia terpaksa memilih jurusan A1 (IPA), jurusan yang kala itu dianggap bergengsi dan bermasa depan cerah dibanding IPS. Bahkan mungkin anggapan itu masih ada ya sampai sekarang? Dan saat kuliah, dia akhirnya memilih dan masuk ke teknik elektro yang bukan minatnya. Ya, di masa itu, titel insinyur masih sangat membanggakan dan seperti sebuah jaminan masa depan yang cemerlang. Dalam pekerjaan pun, karena latar belakang kuliahnya, dia masuk ke bidang telekomunikasi. Dia sempat 13 tahun berkecimpung di pekerjaan yang tidak sesuai dengan mintanya, dan selalu membuatnya stres dan frustrasi. Kehidupannya saat itu dijalani sesuai prosedur dan tanpa jiwa. Tidak ada prestasi cemerlang, dan bahkan merasa gagal dalam karir dan hidup. Dia selalu bilang, selama di bidang teknik itu, dia seperti ikan yang disuruh memanjat pohon. Hidup di alam yang keliru. Setelah terjun di dunia penulisan skenario dan novel, kini dia seperti ikan yang berenang di lautan. Bisa berekspresi dan bereksplorasi tanpa batas. Dan khusus untuk film “12 Menit” ini, saya tahu benar bagaimana proses penulisan dan pengerjaan skenario dan filmnya yang lumayan panjang dan menantang. Dia benar-benar menguras habis pikiran, tenaga dan waktunya untuk menghasilkan cerita yang benar-benar berkualitas. Selamat menikmati film “12 Menit” besok, film tentang
passion yang dibuat dengan
passion. . Depok, 28 Januari 2014 . Muadzin F Jihad Founder
Ranah Kopi Twitter
@muadzin @ranahkopi
KEMBALI KE ARTIKEL