Kemarin milis komunitas TDA (
Tangan Di Atas) ramai dengan diskusi sehat. Dipicu oleh email Pak Presiden TDA Rosihan, yang menceritakan tentang pemain-pemain bisnis raksasa yang sekarang merangsek juga pasar bisnis UKM. Salah satu yang dicontohkan adalah pemain kopi raksasa yang sekarang juga bermain di bisnis franchise booth seperti Semerbak Coffee, sehingga menghancurkan beberapa bisnis booth kopi UKM (Usaha Kopi Miliaran eh.. Usaha Kecil Menengah). Untuk contoh ini, kebetulan kami mengamati sendiri perkembangannya. Kami mungkin bukan yang pertama, saya juga tidak tahu, tapi sepertinya kami yang pertama mempopulerkan bisnis model booth kopi siap saji take-away dengan investasi yang terjangkau. Setelah produk kami diterima masyarakat luas, mulailah bermunculan follower yang mengikuti model bisnis kami. Ya buat kami sah-sah saja sih meng-ATM (amati-tiru-modifikasi) bisnis kami. Tapi ada yang keterlaluan juga, masak kata-kata di proposal dan di web mereka benar-benar
copy-paste dari punya kami. Bahkan foto-foto produk mereka adalah foto-foto produk kami yang diolah digital ditempeli dengan logo brand mereka! Nah termasuk juga yang mengikuti model bisnis franchise booth kopi ini adalah dua pemain raksasa kopi nasional. Yang pertama, launching sekitar satu tahun setelah Semerbak Coffee lahir, yang kedua lahir sekitar akhir tahun lalu. Lantas kami harus bersikap bagaimana? Kalau saya pribadi terus terang tidak ambil pusing dengan para follower ini. Saat diskusi dengan
Iwan Agustian, partner saya di Semerbak Coffee, saya selalu bilang, mereka bukan kompetitor kita, mereka tidak akan pernah menyusul kita selama kita selalu terdepan, bahkan two step ahead. Saya sering bercanda, “Mereka bukan saingan kita. Saingan kita itu Starbucks! Hehe..”. Saya lebih memilih, waktu, tenaga dan pikiran saya dicurahkan untuk perkembangan bisnis saya, dibanding untuk mengamati, menganalisa bisnis orang lain dan mengambil langkah-langkah antisipasi. Kami seperti pakai kacamata kuda. Kami fokus meningkatkan bisnis dan kualitas poduk kami. Tidak plarak-plirik bisnis lain, apalagi bisnis kompetitor. Dan Kami tidak pernah takut untuk berkompetisi. Karena dengan adanya kompetitor menandakan di situ ada pasar. Dengan adanya kompetitor, kita bisa menentukan harga yang tepat untuk produk kita. Kita juga bisa mengatur planning dan strategi yang tepat. Dan yang lebih penting, kita bisa merumuskan diferensiasi produk kita. Dalam salah satu workshop dengan Bapak Heppy Trenggono, seorang pengusaha kelapa sawit yang berhasil, Saya sempat bertanya kepada beliau saat mengisi worksheet “Siapa kompetitor terbesar Anda?”. Saya menemui kesulitan untuk mengenali kompetitor produk kami, karena justru yang banyak saya temui adalah produk-produk baru yang meniru konsep dan strategi
Semerbak Coffee. Jawaban pak Heppy,
be the first adalah memang diferensiasi paling kuat yang bisa kita lakukan. Jika kita punya ide kreatif untuk menciptakan produk baru, maka kita sudah selangkah lebih maju dibanding kompetitor kita, yang hanya bisa meniru dan memodifikasi ide kita tersebut. Nah bagaimana caranya agar kita bisa selalu jadi yang terdepan? Tentunya kita harus kreatif dan inovatif.
Innovation distinguishes between a leader and a follower. -Steve Jobs Kelebihan UKM adalah fleksibilitas dan kecepatan dalam mengambil keputusan dan action perusahaan. Di perusahaan kami, hanya butuh dua orang untuk memutuskan suatu strategi dan kebijakan baru, saya dan Iwan. Apalagi yang perusahaannya dijalankan sendiri. Hanya butuh satu orang! Bandingkan dengan perusahaan besar yang untuk mengambil keputusan perlu persetujuan beberapa bagian dan beberapa level manajemen. Apalagi untuk keputusan-keputusan yang krusial bagi jalannya usaha. Jadi, bisnis UKM itu harusnya lincah. Saya bayangkan seperti permainan game sejenis Super Mario Bros, yang selalu melompat-lompat, ke atas, ke bawah, turun-naik, maju-mundur, ambil peluang, raih keuntungan, menghindari tantangan, jatuh-bangun, terus bergerak, dalam satu arah gerak maju. Seperti itu kira-kira yang Semerbak Coffee lakukan selama ini. Kita harus selalu kreatif untuk selalu bisa terdepan. Banyak tantangan dan hambatan. Banyak langkah-langkah dan strategi kami yang salah. Sering juga kami jatuh terjerembab. Tapi itu tadi, kami harus lincah. Terus bergerak, terus melompat-lompat. Sudah nonton film The Billioner? Nah begitulah seharusnya pengusaha UKM. Lincah. Tahan banting. Kreatif. Tidak cengeng. Apalagi kita hidup di Indonesia yang pemerintahnya ajaib ini. Jangan harap terlalu banyak UKM akan didukung dan dilindungi dari terkaman raksasa bisnis. Karena itu pak Presiden TDA dalam emailnya bilang, kita pengusaha UKM jika omzet masih dibawah 50M per tahun, harus bangkit. Jangan terlena dan terlalu cepat puas. Merasa bisnis sudah besar. Menjargonkan “bisnis jalan, pemiliknya jalan-jalan”, “bisa tidur siang”, dan lain-lain. Saya setuju sekali. Waktu saya
resign dari dunia karyawan Juli 2011 lalu, saya pernah tulis: "buat saya
pensiun dini bukanlah tujuan akhir. Tapi justru sebuah awal. Pintu untuk impian yang lebih besar. Bukan untuk leha-leha dan gaya-gaya. Tapi untuk berkarya lebih optimal bagi sesama dan semesta." Setiap ada yang bilang, bahwa Semerbak Coffee sudah besar, sudah sukses, saya selalu bilang, “Belum, ini masih awal perkembangan”. Stay foolish, stay hungry, kata Steve Jobs. Kiatnya gampang, jangan bandingkan bisnis kita dengan sesama bisnis UKM, bandingkan bisnis kita dengan raksasa di bidangnya. Pak
Roni Yuzirman, mentor bisnis saya, selalu membandingkan bisnis fashionnya dengan Zara. Saya, ya itu tadi, bandingkan Semerbak dengan Starbucks.. hehe. Dijamin, kita tidak akan pernah merasa bisnis kita sudah besar. Lagi pula, bisnis yang sekarang raksasa awalnya juga dari UKM. Apple dan Dell awalnya dari garasi. Tao Kae Noi awalnya dari dapur rumah. Jadi kenapa kita tidak berpikir besar?
Do your work with your whole heart, and you will succeed - there's so little competition. –Elbert Hubbard . Depok 19 April 2012 Muadzin F Jihad Owner+CEO
Semerbak Coffee Twitter @muadzin
KEMBALI KE ARTIKEL