Belakangan Pandora membuka guci yang dimilikinya, dan dari situlah 'segala macam kesengsaraan dan kejahatan ke luar dari guci memenuhi bumi'. Mengetahui hal ini guci segera ditutup dan hanya menyisakan 'harapan' di dalamnya. Oleh karenanya hanya berkat 'harapan' yang dapat digunakan oleh manusia untuk menghadapi segala macam kesengsaraan dan kejahatan yang terlanjur 'bebas dari guci'. Istilah Guci Pandora sendiri menjadi 'kotak' pada abad ke-16, ketika Erasmus, keliru menerjemahkan 'Guci' menjadi 'Kotak' dalam kisah Cupid dan Psyche [1].
Mengingat kembali kisah di atas pada abad sains dan teknologi terasa seperti dongeng. Namun layaknya legenda dan mitos, yang lebih penting adalah pesan yang hendak disampaikan daripada bentuk penyampaiannya. Bentuk sekedar kisah yang dibuat menarik agar pesannya tersampaikan.
Dalam kisah Guci Pandora 'kesengsaraan dan kejahatan' seolah berada di luar kendali sementara harapan masih berada dalam kendali manusia. Lalu apa hubungannya dengan teknologi AI?
Seperti sudah banyak diperbincangkan, AI telah menjadi berkat sekaligus berpotensi menjadi ancaman. Manfaat AI sebagai berkat justru sudah ke luar dari wadah Pandora (di sini kita melakukan pembalikan ilustrasi), dan justru ancaman-nya yang harus tetap dikendalikan berada di dalam 'guci'. Persoalannya adalah "Apa-apa ancaman dari AI?" Dan "Bagaimana langkah-langkah mencegah dan atau menghindarinya?"