Penangkaran benih padi hibrida terdiri dari padi betina (yang bunga jantannya dimandulkan) dan padi jantan. Pada saat masa kawin tiba, manusia menggebah padi jantan sehingga serbuk sarinya terbang dan jatuh ke putik padi betina. Hasilnya adalah benih padi hibrida yang memiliki keunggulan produktivitas, bisa mencapai 15 ton per hektar.
Padi itu aslinya monogami. Manusialah yang memaksanya berpoligami demi mendapatkan benih unggul dengan produktivitas tinggi. Tapi, sungguh, ini bukan justifikasi bagi manusia bahwa poligami diperlukan untuk menghasilkan putra-putri unggulan.
Itu cerita perkawinan padi. Selanjutnya cerita perkawinan jagung.
Perkawinan jagung, kebalikan dari padi, bersifat poligami. Pada jagung sari jantan dan putik betina tinggal serumah (satu batang) tapi pisah ranjang (bunga). Bunga jantan berada jauh di sebelah atas, di pucuk batang jagung, berupa malai. Sedangkan bunga betina di bawah, di ketiak daun, berupa tongkol. Baik bunga jantan maupun betina awalnya biseks tapi kemudian berkembang menjadi murni jantan dan betina.