Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Kemana Kompasianer Tasch Taufan?

1 Desember 2014   18:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:20 164 15
Telah 13 hari Kompasianer Tasch Taufan absen berbagi inspirasi di Kompasiana.Kemana gerangan Kompasianer satu ini?

Saya khawatir, jangan-jangan dia telah terjaring Operasi Zebra, karena surat-surat angkot yang disupiri dan dikenekinya sendiri tidak lengkap.Tapi, kalaupun begitu, mestinya kejadian itu akan memantik api kreasi di kepalanya untuk menulis puisi atau esei, seperti biasanya.

Saya bertanya-tanya, karena biasanya rekan Tasch – begitu saya selalu menyapanya – nyaris tiap hari menyapa para Kompasianer dengan tulisan-tulisan inspiratifnya.

Jadi, saya merasa ada yang hilang ketika dalam 13 hari terakhir ini saya tidak menikmati karya tulisnya yang inspiratif dan lukisan digitalnya yang menarik.

Tulisan terakhir yang dipostingnya adalah “Dwimatra”.Saya kutipkan selengkapnya puisi yang dibagikan tanggal 18 November 2014 itu:

Dwimatra.

Melihat jejak kaki-kaki, telah sekian lama perjalanan menuju entah. Di luar sana, ada  banyak persoalan, ada banyak kebaikan dan kebenaran, menimbang, melihat cermin langit, sudahkah langkah itu meninggalkan jejak, pantaskah diteladani oleh siapa saja, penemu jejak itu kelak.

Perjalanan mengalir menuju ufuk dimana saja arah mata angin seperti pandang mata menjejak semesta jiwa-jiwa agar terasa damai dari satu kesalahan menuju mungkin kebenaran dan lagi kesalahan, keduanya tak pernah diketahui sebenarnya benar dan sebenarnya salah.

Pada usia siapapun sekarang, dimanapun sekarang, benarkah sudah benar jika menulis tentang benar. Benarkah menulis tentang salah itu benar salah. Siapa menilai. Siapa menguji. Siapa mengetahui tentang salah dan benar, sebenar salah sebenar benar.

Pejuang untuk tanah revolusi. Pada benar pada salah. Bertemu kosmik kematian. Esa, hilang tumbuh berganti. Di sana, barangkali bertemunya hal ikhwal ditulis siapapun jawaban bagi pertanyaan.

Di manapun taburkan doa. Di manapun taburkan bunga. Sampaikah kepadamu…

Ada nada perpisahan untuk sejenak mundur dari penulisan dalam puisi itu.Mudah-mudahan memang hanya mundur sejenak, untuk merenung, sebelum mulai lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun