Ulul heran menyaksikan keadaan kampung halamannya. Sepuluh tahun lebih ia tinggalkan merantau ke kota. Dan sekembalinya dari kota, situasinya sudah berubah. Pepohonan di kebun-kebun lahan kosong tak lagi rindang, malah sekarang berdiri bangunan besar, berbentuk balok. ”Pabrik peleburan timah, mas!” jawab pemuda yang ditanyanya. Yang membuatnya lebih mengherankan lagi, hampir tak ada seorang pun yang mengenalnya, kecuali pak Kasan yang sering dihinanya ketika masih tinggal di kampung. ”Ulul, pie kabarmu? Lama sekali gak menengok rumahmu. Apa kau tidak rindu sama kakek dan nenekmu?”
KEMBALI KE ARTIKEL