Penulis mencoba mengasah kembali ilmu ekonomi yang sudah lama tidak dipakai, mencoba pembahasan skema hutang luar negeri yang sering menjadi jebakan dan menjerat Negara berkembang, terlebih bila nilai tukar mata uang terhadap dollar yang fluktuatif dan tidak terkontrol dengan baik.
Negara/Institusi ditawari oleh lembaga keuangan asing atau Negara asing sejumlah pinjaman dengan bunga rendah sebesar 2%; sedangkan suku bunga nasional sebesar 10%; tentunya sangat menarik sekali, jawabannya belum tentu.
Suku bunga kecil bukanlah satu-satunya faktor pertimbangan bagi sebuah Negara/Institusi melakukan pinjaman luar negeri, iming-iming bunga pinjaman rendah sebaiknya disikapi dengan bijaksana dengan memperhatikan perkembangan beserta forecasting faktor-faktor lain, secara baik dan tepat, terutama nilai tukar.
Nilai tukar akan sangat berpengaruh terhadap nilai beban hutang sebenarnya yang akan kita tanggung, kecuali Negara tersebut menganut sistem nilai tukar mata uang asing yang ‘flat’ maka tawaran tersebut benar-benar menarik.