Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mentransformasi Persentase dan Pola Kebiasaan Masyarakat

21 Oktober 2012   04:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:35 618 0

Manusia merupakan makhluk hidup yang tidak bisa lepas dari kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi asupan gizi-nya yang terdiri dari lemak, karbohidrat, protein dll. yang tentunya berlandaskan kepada empat sehat lima sempurna. Begitu pula halnya masyarakat Indonesia yang pastinya membutuhkan asupan Gizi untuk meningkatkan tumbuh kembangnya. Namun, tidak semua masyarakat di dunia ini mengkonsumsi makanan pokok yang sama, pasti disetiap Negara memiliki makanan pokok dan kebiasaan berbeda-beda untuk dikonsumsi oleh masyarakatnya. Di Indonesia, makanan pokok yang sangat sering dikonsumsi oleh masyarakatnya adalah nasi yang terbuat dari beras padi. Sedangkan untuk pelengkapnya masyarakat sering menggunakan tahu dan tempe yang terbuat dari kacang kedelai untuk menjadi lauk pelengkap. Makanan dan lauk-pauk tersebut merupakan favorit bagi sebagian besar masyarakat Indonesia baik itu kelas atas, menengah maupun bawah. Sehingga kebutuhan akan bahan pangan tersebut seperti beras dan kedelai terus meningkat dari tahun-ketahun.

Dari pernyataan diatas, pastinya masyarakat Indonesia pada umumnya sudah lekat sekali dengan beberapa produk pangan yang telah menjadi makanan pokok yang difavoritkan baik itu dalam segi selera maupun rasa, dan pastinya masyarakat Indonesia sangat konsumtif sekali terhadap beberapa prodak pangan tersebut. Lalu permasalahanya sekarang ini, bagaimana bila hal yang difavoritkan tersebut bahan baku-nya susah didapat serta harganya melambung tinggi dipasaran? seperti yang terjadi pada beras dan kacang kedelai sekarang ini. Hal apa yang terjadi sehingga mengakibatkan bahan baku tersebut harganya menjadi melambung tinggi? Apa dampaknya bagi masyarakat yang menjadikan prodak pangan tersebut sebagai makanan pokoknya sehari-hari? Sudah siapkah masyarakat Indonesia?

Ada beberapa hal yang menurut penulis bisa menjadi penyebab kenapa bahan baku seperti beras dan kedelai menjadi langka dan mahal dipasaran.

Kondisi Lingkungan

Pengaruh lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab kenapa bahan baku seperti beras dan kedelai menjadi langka dan mahal dipasaran. Lingkungan yang penulis maksud adalah faktor-faktor alam seperti cuaca yang belakangan ini extrim, lalu kondisi alam yang tak menentu serta akibat pemanasan global yang menjadikan sebagian tanaman menjadi kerdil bahkan gagal panen. Faktor-faktor inilah yangsalah satunya kenapa bahan baku tersebut jarang dipasaran dikarenakan panen dan produksinya tidak sesuai yang diharapkan. Maka langka-lah bahan baku ini dipasaran yang berakibat kepada kenaikan harganya.

Konsumtif

Akibat dari membludaknya jumlah penduduk sekarang ini yang sudah tidak terkendali lagi, membuat permintaan akan bahan baku ini menjadi meningkat untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Karena produk pangan ini merupakan makanan pokok dan favorit dikalangan masyarakat. Akibatnya, pasar tidak bisa memenuhi banyaknya permintaan yang diharapkan oleh konsumen.

Terbatasnya Lahan Pertanian

Kelangkaan serta perilaku konsumtif terhadap bahan baku tersebut diperparah dengan terbatasnya lahan pertanian. Otomasis bahan baku tersebut akan semakin langka serta pastinya harga akan melambung tinggi dan akan menimbulkan krisis pangan.

Lalu bagaimana caranya supaya krisis pangan tersebut bisa teratasi, padahal bahan baku tersebut adalah sumber utama untuk menjadi makanan pokok bagi masyarakat. harus ada alternatif yang harus dibuat supaya krisis pangan tersebut tidak semakin berlarut.

Alternatif Pengganti Bahan Baku

Kacang Kedelai: tahu dan tempe yang selama ini dalam proses pembuatanya menggunakan bakan baku utama kacang kedelai, bisa dikombinasikan dengan menggunakan Kara Padang (Canavalia Gladiata) yang seratnya kurang lebih sama dengan kacang kedelai sehingga bisa menjadi bahan baku alternatif untuk pembuatan tahu dan tempeĀ (penelitian Alif Zulfahmi, Mhs.FTP jurusan TPHP UGM 2011). Jadi tidak menggunakan kedelai 100% sehingga bisa menghemat bahan baku. Bahkan, kara padang selain mengandung karbohidrat, protein dan lemak, juga mengandung asam amino, dan beberapa mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Beras: bahan baku utama dalam pembuatan makanan pokok nasi ini semakin lama semakin mahal harganya, karena beberapa faktor yang telah disebutkan diatas. Lalu bagaimana bila beras ini langka dan harganya semakin mahal? Apa alternatif dan solusinya? Jelas bila difikir, bahwa nasi merupakan makanan pokok yang sangat difavoritkan dan digemari bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jadi sulit rasanya bila nasi tersebut diganti oleh makanan lain. Tetapi, ada solusi untuk mengurangi pemakaian bahan baku beras. Yaitu kombinasikan dengan singkong atau ubi sehingga pemakaian bahan baku tersebut bisa dikurangi.

Persentase

Seperti apa yang telah penulis jelaskan diatas bahwa, untuk menghemat bahan baku yang ada maka perlu adanya pengurangan persentase dari bahan baku pokok yang ada dengan mengkombinasikanya dengan bahan baku alternatif yang ada. Ataukah itu 50%-50% bahkan 70%-30%.

Impor

Impor adalah alternatif terakhir bila terjadi kelangkaan terhadap beberapa bahan baku utama terjadi kelangkaan. Sehingga kebutuhan pasar akan bahan baku ini bisa terpenuhi.

Seharusnya, dengan keadaan geografis yang luas membentang dari sabang sampai merauke serta Negara terluas di asia tenggara, tak logis rasanya bila Indonesia terjadi krisis pangan akibat kelangkaan serta harga melambung tinggi terhadap komoditas bahan baku pangan yang ada. Ada beberapa kendala mengapa lahan pertanian di Indonesia tidak bisa serta merta dibuka begitu saja.

REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation)

Indonesia yang sudah berkomitmen untuk menjadi paru-paru dunia mengakibatkan Indonesia harus tetap menjaga kelestarian hutan yang ada. Sehingga susah untuk membuka lahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Apalagi, Indonesia sudah terikat kontrak dengan beberapa Negara maju dan berkembang untuk hal ini.

Industri Perkebunan

Sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar didunia dengan menyumbang 48% dari total produksi minyak sawit dunia, serta sebentar lagi menjadi penghasil karet mentah terbesar diduniakarena kualitas karet mentah Indonesia lebih baik dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand (PT. Perkebunan Indonesia V). Indonesia tentunya tidak mau untuk menghilangkan predikat membanggakan tersebut. Bahkan, bila perlu predikat tersebut ditingkatkan lagi, sehingga perluasan perkebunan diperluas. Sehingga, lahan pertanian kalah bersaing dengan produk-produk industri perkebunan yang kebanyakan dipegang oleh investor.

Lalu, apa peran pemerintah untuk menghadapi krisis pangan ini? Apa yang sebaiknya pemerintah lakukan untuk menanggulangi krisis pangan yang sedang terjadi.

Prioritas

Pemerintah seharusnya memprioritaskan mana yang harus didahulukan serta masalah apa yang seharusnya untuk cepat segera diselesaikan. Karena krisis pangan salah satu penyebabnya adalah akibat ketersediaan lahan pertanian, maka untuk memproduksi bahan baku pangan tersebut menjadi terbatas jadi pemerintah harus memilih sektor mana yang lebih penting. Apakah soal krisis pangan yang menjadi korbannya adalah masyarakat ataukah perkebunan yang diperuntukan bagi investor. Bila krisis pangan yang menjadi prioritas utama, maka perluasan lahan bagi industri perkebunan dikesampingkan dahulu dan lebih memperhatikan terhadap sektor pertanian. Sehingga, bahan baku yang telah langka bisa ditanam dan pastinya krisis pangan akan teratasi.

Jadi, untuk mengatasi krisis pangan yang melanda harus adanya sinergitas antara masyarakat secara personal individu dengan pemerintah untuk menghadapinya. Masyarakat yang harus siap dengan dirubahnya sedikit pola kebiasaan terhadap dikombinasikannya setiap makanan pokok yang ada. Serta, pemerintah harus memprioritaskan krisis pangan terlebih dahulu salah satunya dengan perluasan lahan ataupun impor beberapa bahan baku tertentu untuk memenuhi permintaan yang ada. Sehingga krisis pangan menjadi angin lalu yang sudah teratasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun