Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

“Isilah Masjid, Gereja atau Vihara,” kata Kakanwil

6 Februari 2014   06:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:07 131 0
KUNJUUNGAN kerja pertama pasca dilantik menjadi Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), H. Marwin Jamal di Karimun hari Selasa (04/02) lalu juga diisi dan dimanfaatkan untuk pertemuan silaturrahim dengan para toga (tokoh agama) dan pengurus FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) Kabupaten Karimun. Pertemuan yang difasilitasi oleh Kakankemenag Karimun, H. Afrizal itu berlangsung di aula Kankemenag Kabupaten Karimun.

Hadir pada pertemuan yang dimulai pukul 14.00 itu antara lain para tokoh lintas agama. Ada tokoh agama Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindu, Khong Huchu selain dari agama Islam. Acaranya sendiri dimulai dengan pidato pengarahan oleh Kakankemenag Kabupaten Karimun, baru dilanjutkan dengan pidato pengarahan oleh Kakanwil Kepri sebagai acara pokok. Sebelum ditutup juga ada dialog antara peserta pertemuan dengan Pak Kakanwil.

Ada dua hal yang menarik untuk saya catat dalam pertemuan itu. Pertama, ketika Syarkawi, salah seorang tokoh agama Khong Huchu meminta izin kepada Kakanwil untuk menyerahkan hadiah. Dia ingin memberikan hadiah itu kepada pejabat agama nomor satu di Kepri itu. Bersempena dengan hari Imlek 2565 yang jatuh pada 31 Januari Syarkawi yang juga pengurus FKUB Kabupaten Karimun ingin mengamalkan ajaran dan adat istiadat dalam agamanya. Sebagai orang bersuku Tionghoa, katanya dalam perayaan Tahun Baru Imlek ada namanya 'jeruk Imlek'. Begitu dia menjelaskan sebelum menyerahkan jeruk itu kepada Kakanwil dan Kakankemenag.

Lebih dari sekedar hadiah, Syarkawi menjelaskan makna jeruk Imlek itu yang dihadiahkan itu. Menurut Syarkawi pemberian itu mengandung makna sebagai doa dan harapan agar kehidupan ke depan tidak ada alangan dan rintangan. Semoga dengan itu segala usaha akan lancar dan sukses. Itulah sebabnya orang Tionghoa menghadiahkan jeruk sebagai lambang harapan dan kesuksesan dalam memasuki tahun baru. Pada kesempatan itu Syarkawi menyerahkan masing-masing satu buah jeruk kepada Kakanwil dan Kakankemenag.

Catatan kedua yang perlu menjadi perhatian khususnya bagi peserta pertemuan silaturrahim itu adalah ketika Pak Kakanwil mengingatkan perlu harmonisasi dan ketekunan berkeyakinan. Dia menegaskan kalau dia adalah pembina seluruh umat tanpa sekat. Walaupun dia adalah penganut Islam tapi dia menegaskan bahwa dengan jabatan sebagai Kakanwil Kemenag berarti wajib membina semua umat beragama. "Saya adalah milik semua agama dalam menjalankan tugas," katanya yang membuat toga non Islam bertepuk tangan. Dan menegasan itu pula yang membuat suasana dialog menjadi hidup. Ada banyak pertanyaan, keluhan dan curhat dari toga non Islam yang disampaikan. Tidak terkecuali perihal IMB (Izin Mendirikan Bangunan) Rumah Ibadah.

Dalam mengingatkan pentingnya berkayakinan, Kakanwil mengingatkan agar umat beragama teguh dan taat dengan agamanya. Amalkanlah agamanya masing-masing dengan baik dan benar. Yang muslim datang dan isilah mesjid atau surau. Yang kristen dan katholik isilah gereja. Begitu pula pemeluk agama lainnya, isilah rumah ibadahnya masing-masing. Jangan biarkan rumah ibadah kosong padahal sudah susah dibangun. Kakanwil juga mengingatkan bahwa dalam mendirikan rumah ibadah pakailah perinsip karena dibutuhkan, bukan karena keinginan.

Dalam sesi dialog, kedua petinggi agama di Provinsi dan kabupaten itu sekali lagi mengingatkan agar umat beragama rajin dan taat mengamalkan agamanya. Jangan sampai tidak jelas apa agamanya disebabkan tidak pernah pergi ke rumah ibadahnya. Ini sangat merusak dan menodai agama sendiri.***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun