Diplomasi Pemakaman salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan oleh Indonesia. Ketika menghadiri acara pemakaman Kaisar Jepang Hirohito, Presiden Soeharto menggunakan kesempatan tersebut untuk mematangkan kontak dengan wakil pemerintah Cina yang juga hadir dalam upacara pemakaman tersebut dalam rangka normalisasi hubungan diplomatik antara Indonesia-Cina. Diplomasi yang dilakukan di sela-sela acara pemakaman ini kemudian membawa kedua negara menyepakati pembukaan kembali hubungan diplomatik yang sempat dibekukan pasca pemberontakan G-30-S/PKI. Diplomasi Pemakaman ini termasuk kedalam apa yang disebut sebagai quiet diplomacy alias diplomasi diam-diam. Quiet harus dibedakan dengan secret. Diplomasi diam-diam dilakukan untuk mencegah agar upaya diplomatik tidak mengalami kegagalan pada tahap awal alis prematur mengingat kemungkinan penolakan oleh berbagai pihak di luar pemerintah, atau bahkan keberatan oleh negara lain. Apabila nanti hasilnya sudah siap dilakukan, hasil diplomasi ini akan diumumkan terbuka. Diplomasi rahasia tidak pernah diumumkan kepada rakyat sampai kapanpun kecuali ada pergantian rejim secara paksa dan oleh rejim baru diplomasi rahasia itu diungkap ke umum untuk membangun opini publik. Kasus ini pernah terjadi di Russia ketika kaum Bolshevik pimpinan Lenin berhasil menggulingkan pemerintahan kerajaan Russia.