Oleh sebab itu, melalui tulisan ini penulis berusaha mengkaji bagaimana ajaran Buddha bersikap terhadap penerapan hukuman mati dari berbagai kotbah Sang Buddha (sutta) yang mewakili bentuk ajaran Buddha yang lebih awal. Walaupun ajaran Buddha awal hanya bertujuan pada pelenyapan penderitaan (dukkha) sepenuhnya dan tidak memiliki ajaran khusus yang berhubungan dengan hal-hal duniawi dan sekuler seperti aturan pernikahan, sistem pemerintahan, dan sistem hukum, namun kita dapat menemukan beberapa petunjuk tentang bagaimana pandangan ajaran Buddha terhadap hukuman dalam pemerintahan dalam sutta-sutta awal.
Secara umum ajaran Buddha memandang penerapan hukuman dalam pemerintahan tidak akan menyelesaikan masalah, namun justru menyebabkan tingkat kejahatan akan semakin meningkat, seperti yang dikemukakan dalam Kutadanta Sutta (Digha Nikaya 5) di mana seorang brahmana kerajaan (yang tak lain adalah Bodhisatta Gotama pada kehidupan lampau) memberikan nasehat kepada seorang raja masa lampau yang akan mengadakan upacara pengorbanan besar sebagai berikut:
“Negeri Baginda diserang oleh para pencuri, dirusak, desa-desa dan kota-kota sedang dihancurkan, perbatasan dikuasai oleh perampok. Jika Baginda mengutip pajak atas wilayah itu, itu adalah suatu kesalahan. Jika Baginda berpikir: ‘Aku akan melenyapkan gangguan para perampok ini dengan mengeksekusi dan hukuman penjara, atau dengan menyita, mengancam, dan mengusir’, gangguan ini tidak akan berakhir. Mereka yang selamat kelak akan mengganggu negeri Baginda. Namun dengan rencana ini, engkau dapat secara total melenyapkan gangguan ini. Kepada mereka yang hidup di dalam kerajaan ini, yang bermata pencaharian bertani dan beternak sapi, Baginda akan membagikan benih dan makanan ternak; kepada mereka yang berdagang, akan diberikan modal; yang bekerja melayani pemerintahan akan menerima upah yang sesuai. Maka orang-orang itu, karena tekun pada pekerjaan mereka, tidak akan mengganggu kerajaan ini. Penghasilan Baginda akan bertambah, negeri ini menjadi tenang dan tidak diserang oleh para pencuri, dan masyarakat dengan hati yang gembira, akan bermain dengan anak-anak mereka, dan akan menetap di dalam rumah yang terbuka.”