Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Perjalanan Faiz

31 Juli 2024   18:29 Diperbarui: 31 Juli 2024   18:39 13 0
Di suatu sore yang cerah, Faiz Ferdian Saputra, seorang anak berusia 12 tahun, sedang bermain bola di halaman rumahnya di Negeri Sakti, Pesawaran, Lampung. Angin sepoi-sepoi mengusap lembut wajahnya, memberikan kesejukan di tengah teriknya matahari. Kegembiraan tampak jelas di matanya setiap kali bola itu memantul di kakinya. Bermain bola telah menjadi hobi favoritnya sejak kecil, saat ia masih tinggal di Rajabasa.

Faiz, yang biasa dipanggil Faiz oleh teman-temannya, selalu bersemangat ketika mengingat masa-masa kecilnya. Di masa itu, ia sering bermain bola di lapangan dekat rumahnya, merasakan tanah yang lembut di bawah kakinya dan mendengar suara riang teman-temannya yang tertawa bersama. Sekarang, meskipun tinggal di tempat yang berbeda, cintanya pada bola tak pernah pudar.

Faiz bersekolah di MTsN 1 Bandar Lampung, tempat di mana ia bertemu banyak teman baru. Setiap pagi, ayahnya dengan penuh kasih mengantarkannya ke sekolah. Di sana, Faiz belajar dengan tekun, menikmati setiap pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri membantu ibu di rumah. Dengan cekatan, ia menyapu lantai, mengepel, dan membersihkan meja. Ketika malam tiba, ia membantu ibu memasak untuk makan malam, merasakan aroma harum dari bumbu-bumbu yang tercampur di dapur.

Makanan favorit Faiz adalah ayam goreng, dan tak ada yang bisa mengalahkan kesegaran secangkir teh atau kopi di pagi hari. Setiap kali ia liburan ke kampung halamannya di Krui, Pesisir Barat, Faiz selalu menyempatkan diri menikmati serabi khas Krui, makanan yang selalu membawa kenangan manis masa kecil bersama kakek dan neneknya. Di kampung, ia sering bermain bersama kakeknya, merasakan kebersamaan yang hangat di tengah udara segar pedesaan.

Suatu hari, Faiz mendapatkan kabar buruk bahwa tantenya di Palembang telah meninggal dunia. Dengan hati yang berat, ia dan keluarganya berangkat ke Palembang untuk melayat. Perjalanan itu membawa rasa duka yang mendalam, namun juga mengingatkan Faiz akan pentingnya kebersamaan keluarga.

Beberapa waktu kemudian, Faiz dan keluarganya memutuskan untuk berlibur ke Jogja. Adik-adiknya sangat gembira, terutama ketika mereka mengunjungi Malioboro. Suara riuh kendaraan dan penjual yang berteriak menawarkan dagangannya memenuhi telinga Faiz. Ia menikmati setiap momen, mulai dari berjalan-jalan di Malioboro hingga mencicipi makanan di foodcourt. Faiz juga bertemu dengan saudara sepupunya, Reyhan, dan mereka bermain bersama sepanjang hari.

Liburan di Jogja memberikan banyak kenangan indah bagi Faiz, terutama ketika ia naik pesawat untuk pertama kalinya. Meski awalnya takut karena trauma dengan ketinggian, Faiz akhirnya menikmati perjalanan udara itu. Langit yang biru cerah dan awan-awan putih yang terlihat seperti kapas memberikan perasaan tenang dan damai.

Setelah dua minggu penuh petualangan di Jogja, Faiz kembali ke Bandar Lampung. Kehidupan sehari-harinya kembali berjalan seperti biasa: bersekolah, membantu ibu di rumah, mengaji bersama adik-adiknya, dan bermain bola. Setiap malam, setelah makan malam bersama keluarga, Faiz mengerjakan PR dan belajar dengan tekun sebelum akhirnya bermain HP sebentar dan tidur. Pagi harinya, ia bangun untuk sholat subuh, bersiap-siap, dan berangkat ke sekolah.

Meski rutinitas sehari-harinya tampak sederhana, Faiz selalu menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil di sekitarnya. Kebersamaan dengan keluarga, permainan bola dengan teman-teman, dan kenangan indah liburan selalu menjadi sumber kebahagiaan yang tak tergantikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun