Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

How About This One?

16 Juli 2024   18:46 Diperbarui: 16 Juli 2024   18:57 37 1
Di sebuah kota kecil yang damai, Cianjur, hiduplah sepasang suami istri, Husen dan Yani. Mereka dikenal sebagai pasangan yang gigih dan penuh semangat dalam menghadapi segala tantangan hidup.

Suatu pagi, saat matahari mulai menyinari sawah-sawah di Cianjur, Husen sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Yani, istrinya, sedang menyapu halaman rumah sambil sesekali menyapa tetangga yang lewat.

"Husen, kamu tahu nggak? Ada kursus bahasa Inggris baru di LBPP LIA," kata Yani dengan semangat, menghampiri suaminya di dapur.

"Oh ya? Aku dengar dari Pak Jokowi, katanya bagus ya?" jawab Husen sambil menuangkan teh ke dalam cangkir.

"Iya, katanya metode pengajarannya interaktif dan sangat membantu. Kita sepertinya perlu ikut kursus itu. Kamu tahu kan, bahasa Inggris penting untuk pekerjaan kita," lanjut Yani.


Mereka pun memutuskan untuk mendaftar di LBPP LIA yang baru buka cabang di Cianjur. Pada hari pertama kursus, Husen dan Yani merasa gugup namun bersemangat.

"Selamat pagi! Selamat datang di LBPP LIA. Saya Pak Wing, pengajar kalian," sapa pengajar dengan senyuman hangat.

"Pagi, Pak Wing. Nama saya Husen, dan ini istri saya, Yani. Kami sangat antusias untuk belajar di sini," kata Husen memperkenalkan diri.

"Kami senang kalian bisa bergabung. Mari kita mulai dengan perkenalan sederhana dalam bahasa Inggris," ajak Pak Wing sambil mulai pelajaran.


Hari-hari berlalu dengan cepat. Husen dan Yani rajin menghadiri setiap kelas, selalu datang lebih awal dan berlatih bersama di rumah. Mereka juga sering berdiskusi dengan teman-teman sekelas, berbagi pengalaman dan tips belajar.

"Husen, coba kamu baca kalimat ini," kata Yani suatu malam saat mereka belajar bersama di ruang tamu.

"Sure, I will read this sentence. How about this one?" jawab Husen dengan percaya diri.

"Bagus, Husen! Kita semakin lancar berbicara bahasa Inggris. Aku bangga sama kamu," kata Yani dengan senyum lebar.

Sebulan berlalu, Husen dan Yani mulai merasakan manfaat dari kursus yang mereka ikuti. Husen, yang bekerja sebagai petani sekaligus pengusaha kecil, bisa berkomunikasi lebih baik dengan pembeli dari luar negeri. Yani, yang membuka warung makan, merasa lebih percaya diri melayani wisatawan asing yang sering mampir.

"Yani, hari ini aku berhasil menjual beras ke pembeli dari Australia. Mereka terkesan dengan kemampuan bahasa Inggrisku," cerita Husen dengan bangga.

"Wah, hebat! Aku juga tadi bisa ngobrol dengan turis dari Kanada di warung. Mereka suka masakan kita dan berjanji akan kembali lagi," balas Yani dengan antusias.

Berkat ketekunan dan semangat belajar di LBPP LIA, Husen dan Yani berhasil meningkatkan kualitas hidup mereka. Pendidikan nonformal yang mereka ikuti tidak hanya memberikan keterampilan baru, tetapi juga membuka peluang dan harapan baru di kehidupan mereka.

Di sebuah sore yang cerah, mereka duduk di teras rumah, menikmati teh dan memandang indahnya sawah hijau di Cianjur.

"Kita telah melalui perjalanan panjang, Yani. Terima kasih telah selalu mendukungku," kata Husen sambil menggenggam tangan istrinya.

"Terima kasih juga, Husen. Bersamamu, aku selalu yakin kita bisa mencapai apa saja," jawab Yani dengan senyum tulus.

Dan begitu lah, di Cianjur yang tenang, Husen dan Yani terus melangkah maju, dengan semangat dan harapan yang tak pernah padam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun