Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Mengatasi Kebuntuan Menulis

11 Juli 2024   19:11 Diperbarui: 11 Juli 2024   19:19 16 4
Di suatu malam yang tenang, Anto duduk di kursi kayu di depan meja belajarnya di sebuah rumah dekat Taman Mini, Jakarta Timur. Meja itu terletak di sudut ruangan yang diterangi lampu meja kecil, memberikan suasana hangat dan nyaman. Angin malam yang sejuk masuk melalui jendela yang terbuka, membawa aroma segar dari bunga melati di halaman rumahnya. Suara cicadas yang lembut mengiringi ketenangan malam itu, memberikan suasana damai.

Anto membuka ponselnya yang baterainya terisi penuh dan melihat sinyal internet yang kuat, kemudian bergabung dengan grup WhatsApp KBMN PGRI, siap mengikuti kuliah daring malam itu. KBMN PGRI dirintis oleh Om Jay dan saat ini sudah memasuki angkatan ke-31. Pada tanggal 29 Juni hingga 1 Juli lalu, mereka mengadakan temu penulis di Bandung yang diisi dengan workshop, penghargaan penulis, studi literasi, dan city tour. Peserta berasal dari seluruh penjuru tanah air, menambah semarak acara tersebut.

Anto melihat pesan dari Edmu, moderator kuliah, yang baru saja masuk. Pesan tersebut berisi salam pembuka dan harapan agar semua peserta dalam keadaan sehat dan berbahagia, serta diberikan kemudahan dan kelancaran dalam mengikuti kegiatan belajar malam itu.

Anto tersenyum dan membalas dengan penuh semangat. Sambil menunggu sesi dimulai, Anto menyeduh secangkir kopi khas oleh-oleh dari Aceh. Uap panas dari kopi tersebut naik, membawa aroma harum yang memenuhi ruangan. Di sampingnya, sepiring gorengan hangat menggoda selera. Ia menyeruput kopi hangat itu perlahan, merasakan rasa pahit yang kaya menyebar di mulutnya dan membuatnya lebih rileks.

Edmu kemudian mengajak semua peserta untuk berdoa sejenak sebelum memulai pembelajaran, berharap agar kuliah malam itu berjalan lancar. Anto menutup matanya sejenak, meresapi suasana hening dan mengharapkan kelancaran dalam pembelajaran. Tak lama kemudian, Edmu melanjutkan dengan membagi pembelajaran malam itu menjadi empat sesi: pembukaan, pemaparan materi, tanya jawab, dan penutup. Ia juga memberikan format bagi yang ingin bertanya, mencatat format tersebut dengan teliti di buku catatannya.

Edmu memperkenalkan pemateri malam itu, seorang guru bernama Ditta Widya Utami. Beliau akan memberikan materi tentang mengatasi writer's block, topik yang sangat relevan dengan tugas akhir di kelas menulis. Setelah membuka tautan dan membaca profil singkat Ditta Widya Utami, Anto merasa semakin antusias.

Setelah memperkenalkan diri, Edmu mempersilakan Ibu Ditta untuk memulai sesi pemaparan materi. Anto menyimak dengan seksama, merasakan betapa relevannya materi yang disampaikan. Ibu Ditta mengawali dengan mengajak peserta kembali mengenang masa kecil atau remaja, membuat suasana menjadi lebih interaktif. Suara Ibu Ditta yang tenang dan penuh semangat menambah keyakinan Anto bahwa ia bisa mengatasi hambatan dalam menulis. Di sela-sela penjelasan, Anto sesekali mencatat poin-poin penting, merasakan kertas yang halus di bawah jari-jarinya dan mendengar suara pensil yang berderak lembut.

Ibu Ditta menjelaskan bahwa menulis adalah kata kerja yang harus dilakukan agar menjadi bermakna. Namun, terkadang penulis merasa kehilangan ide dan produktivitas menurun. Istilah writer's block, yang pertama kali dikenalkan pada tahun 1940-an oleh psikoanalis Amerika Edmund Bergler, masih relevan hingga saat ini.

Anto mendengarkan dengan seksama, merasakan betapa relevannya materi yang disampaikan. Malam itu, di bawah cahaya lampu meja yang hangat, Anto merasa terinspirasi. Ia tahu bahwa setiap penulis menghadapi tantangan, dan dengan semangat dan kerja keras, ia pun bisa mengatasinya. Suara angin yang berhembus lembut melalui jendela dan aroma kopi Aceh yang masih tersisa di cangkirnya memberikan kesan tenang dan fokus.

Ditta menjelaskan secara sederhana bahwa writer's block adalah keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Parahnya, kondisi ini bisa berlangsung dari hitungan detik, menit, jam, hingga berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Ditta menekankan pentingnya mengenali penyebab writer's block agar bisa diatasi dengan tepat.

Faktor penyebab writer's block bisa sangat beragam. Ditta mengajak para peserta untuk menganalisis pengalaman pribadi mereka, memilih beberapa faktor yang relevan. Jawaban peserta beragam, menunjukkan betapa uniknya setiap pengalaman writer's block. Dengan mengenali masalah yang menyebabkan writer's block, peserta sebenarnya sudah memegang kunci untuk mengatasinya.

Ditta memberikan berbagai solusi untuk mengatasi writer's block. Bagi yang lelah fisik, mungkin memilih rehat sejenak, melakukan mindfulness, atau aktivitas lain yang bisa menyegarkan. Bagi yang kekurangan ide, pergi ke perpustakaan atau membaca artikel bisa membantu memancing ide menulis. Jika merasa tulisan belum sempurna, meminta teman dekat untuk mengoreksi bisa menjadi solusi. Bagi yang sibuk, mencari waktu luang untuk menulis meski sejenak tetap penting. Dan bagi yang sedang tidak mood, mencari mood booster seperti berjalan-jalan bersama keluarga bisa membantu.

Suasana semakin hening, menandakan malam semakin larut. Dengan tekad baru, Anto siap untuk melanjutkan perjalanan menulisnya, mengatasi setiap hambatan yang ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun