Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Yani, Semangat!

14 Juni 2024   07:50 Diperbarui: 14 Juni 2024   07:55 55 0
Yani, seorang guru di Mtsn 1 Cianjur, sedang membayangkan bagaimana cara terbaik menyajikan makan siang bergizi gratis bagi siswanya. Dia merasa perlu mendiskusikan teknis penyajian tersebut dengan kepala madrasah, Pak Husen. Yani pun menemui Pak Husen di ruangannya.

 Yani:  "Assalamu'alaikum, Pak Husen."

 Pak Husen:  "Wa'alaikumussalam, Yani. Ada yang ingin dibicarakan?"

 Yani:  "Iya, Pak. Saya ingin membahas teknis penyajian makan siang bergizi gratis yang mungkin akan direalisasikan tahun depan, seperti yang dijanjikan oleh capres-cawapres terpilih, Prabowo-Gibran."

 Pak Husen:  "Oh, iya, program itu. Apa yang ada di pikiranmu, Yani?"

 Yani:  "Saya tidak dapat membayangkan bagaimana nanti jika program tersebut direalisasikan. Sekolah kita, sebagai pangkalan para murid, akan sangat disibukkan dengan pelaksanaan program ini. Padahal kegiatan utama kita, yaitu proses belajar-mengajar, tidak boleh terganggu sama sekali."

 Pak Husen:  "Benar sekali. Jumlah siswa kita ratusan orang. Ditambah lagi para guru dan karyawan yang jumlahnya puluhan. Ini akan menjadi tantangan besar."

 Yani:  "Betul, Pak. Kondisi siswa kita juga sangat heterogen. Murid-murid SD atau madrasah ibtidaiyah, terutama yang masih duduk di kelas satu atau dua, tentu akan lebih merepotkan dibanding siswa SLTP atau SLTA."

 Pak Husen:  "Setuju. Dan waktu yang dibutuhkan untuk makan, baik menunggu giliran maupun proses mengunyah makanan, relatif lama. Kita harus memikirkan cara mengelola penyajian makanan tersebut agar efektif dan efisien."

 Yani:  "Saya memiliki beberapa ide untuk mengantisipasi permasalahan yang akan muncul saat program itu berjalan, Pak."

 Pak Husen:  "Bagus, silakan sampaikan, Yani."

 Yani:  "Pertama, makanan tidak disajikan di meja prasmanan. Ini akan memerlukan peralatan yang cukup banyak dan membutuhkan waktu lama untuk antrian. Selain itu, ada kemungkinan siswa yang mengambil jatah lebih dan berpotensi terjadi kekurangan makanan."

 Pak Husen:  "Ide yang bagus. Lalu, bagaimana alternatifnya?"

 Yani:  "Bila kudapan dalam kotak atau dibungkus, maka pastikan tempat atau loker pengambilannya relatif banyak dan disesuaikan dengan kelas siswa. Ini juga untuk menghindari antrian terlalu lama dan rebutan."

 Pak Husen:  "Tepat sekali. Ada lagi yang perlu dipertimbangkan?"

 Yani:  "Ya, Pak. Kita juga perlu menyediakan air cucian dan tempat sampah. Ketika siswa selesai makan, mereka harus segera diminta untuk mencuci peralatan yang bukan sekali pakai. Sedangkan bekas kotak atau bungkus makanan harus langsung diminta untuk disimpan di tempat sampah agar tidak berserakan dan mudah dalam pengangkutan atau pengolahan."

 Pak Husen:  "Saya setuju dengan semua poinmu, Yani. Ini memang membutuhkan persiapan matang. Kita harus segera merancang teknis pelaksanaannya dan berkoordinasi dengan semua pihak terkait."

 Yani:  "Terima kasih, Pak. Saya siap membantu dalam perencanaan dan pelaksanaannya."

 Pak Husen:  "Baik, Yani. Kita akan mulai merancang teknis ini secepatnya. Semoga program ini bisa berjalan lancar dan memberikan manfaat yang besar bagi siswa kita."

 Yani:  "Amin. Terima kasih, Pak Husen."

 Pak Husen:  "Sama-sama, Yani. Semangat!"

Dengan persiapan yang matang, Yani dan Pak Husen berharap program makan siang bergizi gratis ini bisa terlaksana dengan baik tanpa mengganggu proses belajar-mengajar di Mtsn 1 Cianjur.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun