Sesampainya di sana, mereka disambut oleh Mbah Parjo, seorang penduduk tua yang ramah dan penuh cerita. Mbah Parjo dengan senang hati menceritakan keindahan Umbul Kalangan dan sejarah di baliknya kepada Rasya dan Rifat.
Setelah bercakap-cakap sejenak dengan Mbah Parjo, mereka menuju ke pekarangan yang dihiasi dengan berbagai tanaman. Di sana, mereka melihat jeruk, pisang, rambutan, alpukat, dan bahkan tanaman singkong yang siap untuk dipanen.
Rasya, yang gemar dengan buah-buahan, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika melihat pohon rambutan yang dipenuhi dengan buah-buah matang. Dengan penuh semangat, ia mengambil batang bambu dari ibunya dan dengan hati-hati menjolok beberapa buah rambutan yang matang.
Rifat juga ikut membantu, menyuapi adiknya dengan buah-buah yang terjangkau olehnya. Mereka berdua tertawa riang saat mencoba menggapai buah-buah yang terlalu tinggi, tetapi tetap bersikap penuh semangat dan kegembiraan.
Setelah puas dengan pengalaman menyegarkan di Umbul Kalangan, Rasya dan Rifat berterima kasih kepada Mbah Parjo atas sambutannya yang hangat dan kembali melanjutkan perjalanan mereka. Dengan hati penuh sukacita dan kenangan indah, mereka merasa bahagia karena telah menghabiskan waktu bersama-sama di tempat yang indah itu.
Dengan demikian, perjalanan mereka terus berlanjut, penuh dengan petualangan baru dan kenangan yang akan mereka simpan dalam ingatan mereka selamanya.