Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Banyak Jalan menuju Tuhan

1 Agustus 2012   02:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22 573 0




MARI kita banyangkan, seandainya kita adalah sebuah akar kecil yang tumbuh dalam sebuah pohon yang rindang, akar tersebut akan terus menjalar untuk mendapatkan air agar bisa bertahan hidup. Akar akan selalu terus menjalar dengan kendali hati nurani kita, kadang berjalan ke sungai, kadang ke rawa-rawa hanya untuk mendapatkan air. Karena dengan bantuan akar, pohon tersebut akan menghasilkan buah yang kemudian dipetik di kemudian hari.
Kita akan berlomba dengan akar-akar yang lain dalam mendapatkan air. Kita sama di hadapan mereka namun jelas akan berbeda bila kita berhadapan dengan pohon. Kemudian kita melanjutkan perjalanan kembali untuk mencari air, setibanya kita di sebuah mata air namun aromanya yang begitu menusuk hidung, dan kita yakin air ini tidak baik bila kita persembahkan untuk sebuah pohon, karena pada suatu saat nanti akan meracuninya dan kemudian mati. Tidak hanya pohon yang akan mati, akarpun akan mati, dan mungkin akar-akar yang lainpun akan ikut mati bersama kita. Siapa yang akan disalahkan …..?
Sebenarnya peraturan telah dikukuhkan oleh sebuah pohon, agar semuanya berjalan dengan lancar, dan dia selalu mengingatkan kita selaku sebuah akar untuk selalu berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Kita termasuk akar yang beruntung karena selalu diingatkan olehnya agar selalu berjalan pada yang benar, dia selalu mengingatkan kita karena selalu menjalankan aturan pohon tersebut dengan baik. Begitulah perjalanan kehidupan sebuah akar, jalan mereka berbeda-beda untuk mendapatkan air, agar menghasilkan buah yang banyak dan bergizi bagi kehidupan manusia.
Begitu pula kehidupan manusia untuk mendapatkan ma’rifat Tuhan S.W.T. di muka bumi ini banyak cara untuk mendapatkannya. Sebagaimana firman Allah S.W.T. dalam al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad S.A.W telah mencakup segala aspek kehidupan manusia. Dan kita tidak akan pernah sesat bila kita mengikutinya. Yakinlah dalam hati kita. Lewat jalan manakah berma’rifat Tuhan bisa kita lakukan?
Berma’rifat dengan tuhan lewat jalan politik
Apakah boleh berma’rifat dengan Tuhan lewat jalan politik? Jawabannya, boleh. Karena al-qur’an sendiri telah berbicara tentang politik yang dalam bahasa Arabnya adalah “siasatun”. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, politik yang manakah yang dibenarkan dalam Islam? Zamhasari Jamil, mahasiswa program M.A Political Science di Aligarh Muslim University memaparkan bahwa ‘politik’ mempunyai kiasan yang sama terhadap kata ‘cinta’ karena keduanya (baca: politik dan cinta) mempunyai sifat saling mempengaruhi. Allah S.W.T. telah berfirman dalam Q.S. al-Rum: 21 dimana dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa cinta itu muncul karena mawaddah dan rahmah. Mawaddah adalah sebuah perasaan cinta yang muncul diiringi dengan dorongan nafsu biologis namun berbeda dengan Rahmah berarti timbul karena saling menyanyangi dan memahami.
Begitu juga politik, bila kita bersandar pada ayat tersebut dan kita gandengkan politik bilmawaddah dan politik birrahmah maka realisasinya terhadap kehidupan munusia jelas akan berbeda. Politik birrahmahlah yang akan menguntungkan bagi kehidupan manusia, yang bukan hanya untuk kepentingan pribadinya sendiri. Dari sinilah jiwa seorang akan timbul dengan kasih sayang terhadap manusia. Sayang terhadap manusia berarti seluruh makhluk yang ada dilangit juga akan menyanyangi dan mendoakan suatu kebaikan untuk kita. Dari sinilah seorang politikus akan semakin dekat dengan Tuhan dan berma’rifat denganNya.
Berma’rifat dengan tuhan lewat jalan musik
Musik hanyalah instrumen kehidupan yang diciptakan oleh akal manusia. Mungkinkah melalui musik kita bisa berdialog denganNya? Bila seandainya akal manusia dibimbing oleh hati yang kotor, hati yang dengki terhadap orang lain, hati yang selalu iri terhadap kesenangan saudara semuslimnya, hati yang selalu menyimpan rasa dendam, maka hasilnya adalah semakin jauh saja dari kasih sayang Tuhan.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ketika beliau berhijrah ke Madinah beserta rombongannya kaum Muhajirun, dikarenakan mendapatkan cercaan dan makian dari penduduk kafir Mekkah, maka keamanan Rasulullah terganggu. Ammul huzni adalah tahun kesedihan bagi baginda Rasulullah. Apa yang dipersiapkan oleh kaum Anshor yang tinggal di Madinah untuk menyambut beliau beserta rombongannya? Kaum Anshor telah menyiapkan musisi dari pihak perempuan dan laki-laki yang mempunyai suara yang merdu dan pemain instrumen. Rebana dimainkan dan suara dilantunkan. Gema takbir dikumandangkan. Allahu Akbar ….. Allahu Akbar ….. Gemuruh suara terdengar, “Thala’al badru alaina, min tsaniatil wada’ wa jaba sukru alaina mada’a lillahi da’,” (Bulan purnama telah datang dihadapan kita …………).
Ketika Rasulullah mendengar lantunan suara tersebut, kesedihan beliau semakin terkikis, kecerian diwajahnya semikin nampak, senyumnya mulai mekar kembali bagaikan bunga yang baru mekar dari peraduannya indah dipandang.Rebana adalah ciptaan akal manusia yang diciptakan supaya manusia tenteram ketika mendengarnya. Rebana adalah salah-satu jenis alat musik yang dimainkan pada zaman Rasulullah. Apakah beliau mengharamkan alat musik tersebut? Tentu tidak. Alat tersebut tidak membuat seseorang semakin jauh dari Tuhan, bahkan semakin mendekatkan kepadaNya jika lantunan nadanya selalu mengingatkan kita pada kebanaran, bukan melupakan kewajiban kita selaku hambaNya. Tapi kalau seandainya alat tersebut sampai melupakan kalimat Tuhan maka Rasulullah akan mengharamkannya.
Alat musik terus berkembang dari masa ke masa. Bentuk dan suara alunannya terus berkembang. Dari rebana ke tabla, dari tabla ke drum yang sekarang kita kenal. Dari sitar ke sarod, dan dari sarod ke gitar. Apakah perkembangan suatu alat musik adalah bid’ah? Bid’ah hanya berlaku dalam beribadah kepada sang penguasa. Kalau seandainya bid’ah, berarti hampir dari sekian penduduk muslim khususnya yang ada di muka bumi ini berada dalam kesesatan. Musik yang manakah yang dibenarkan dalam Islam?
Dari perkembangan alat musik pada zaman setelah Rasul, ada dari sebagian kaumnya memainkan alat musik untuk berfoya-foya dan penari-penari erotikpun berdansa bersama mereka. Sebenarnya siapa yang tidak suci? Alat musikkah atau orang yang memainkannya yang tidak suci?. Tentu jelas orang yang mempergunakan alat tersebut itulah yang mengarahkannya kepada kesesatan. Alat musik tidaklah bersalah.
Gitar, rebana, suling, drum, organ ataupun alat musik yang lainnya adalah boleh saja untuk dimainkan oleh setiap pribadi masing-masing asal tidak sampai melupakan kewajiban kita selaku hamba Allah. Jika tidak, maka musik adalah haram untuk dimainkan apapun bentuk jenisnya. Berma’rifat dengan Tuhan lewat jalan tekhnologi.
Banyak dari kalangan ilmuwan Barat, setelah terus mendalami ilmu tentang perbintangan dan ilmu-ilmu yang lainnya yang berkaitan dengan teknologi, mereka semakin bingung dengan apa yang telah mereka pelajari dalam agamanya. Kebingungan terus melanda mereka, sehingga dalam hatinya selalu bertanya-tanya, siapakah sebenarnya yang telah menciptakan alam semesta ini? Tak sedikit diantara mereka mendapat hidayah dari Allah S.W.T. dan kemudian mereka masuk Islam.
Inilah perjalanannya Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan di muka bumi, beliau terus memikirkan alam ini, bulan dan matahari disangka Tuhan. Tapi kemudian bulan dan matahari hilang dan tak diketahui keberadaannya. Dibumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal.
Teknologi adalah hasil ciptaan akal manusia. Dan melalui teknologi kita juga mampu mengenal Tuhan lebih dekat. Coba kita perhatikan Q.S. Yunus: 5. yang artinya, “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah telah menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak (tidak sia-sia). Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui.” Allah S.W.T. telah menjelaskan dalam ayat ini untuk selalu mentafakuri alam kepada orang-orang yang mengetahui (bagi Muslim dan non-Muslim). Karena Allah tidak mengkhususkan kepada siapa ayat ini ditujukan, berarti ayat tersebut diperuntukan untuk manusia yang ada dimuka bumi ini.
Seperti perjalanan astronot keluar angkasa ini sudah termaktub dalam Q.S. Al-Rahman: 33 yang artinya, “Hai segenap jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” Ayat ini baru terbukti kebenaranya di abad teknologi ini. Dengan kekuatan pesawat angkasa kita mampu mendarat di permukaan bulan yang dulu katanya mustahil untuk bisa sampai kesana.
Yang mengetahui keberadaan iman kita hanyalah Allah, bukan manusia. Manusia hanya bisa mengira dan menyangka. Orang berdasi, berjubah, berambut gondrong, petani, pengusaha dan yang lainnya, tidak menjadi batas untuk bisa saling bersaing mendapatkan kasih sayang Allah dan cintaNya. Siapalah yang tahu derajat hati seorang hamba kecuali Allah yang tahu segalanya. Sesunggunya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa (tubuh dan pakaian) kalian melainkan kepada hati-hatimu sekalian. Masih banyak cara untuk berma’rifat dengan Tuhan. Ini hanya sebagiannya saja, belum lagi kita ambil dari segi ekonomi, seni, dan yang lainnya. Mereka akan saling bersaing untuk mendapatkan iman yang kuat dan iman yang tak akan mudah goyah.[]



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun