Begitu menginjakan kaki keluar pintu kedatangan bandara Raden Inten II, wooow puluhan sopir taksi sudah merubung meributi penumpang yang baru keluar. Semua berebut menawarkan jasanya, dalam pikiran saya kenapa ga ada yang mengkoordinir ya? Benar-benar kacau dan semerawut. Begitu orang yang menjemput saya tiba, kami melangkah ke parkiran lebih semerawut lagi melihat parkiran mobil di Bandara ini. Untuk bisa mengeluarkan mobil saja butuh waktu satu jam, benar-benar crowded.
Lepas dari bandara alhamdulillah kayak lepas dari lubang jarum.
Orang bilang bandara itu cerminan beranda halaman depan rumah kita. Lampung dengan potensi kekayaan alam yang luar biasa tidak mampu membuat bandara yang "layak". Belajar dari kota-kota lain Makassar, Medan, Pekanbaru, Balikpapan adalah contoh bandara modern yang bisa kita banggakan dan layak dicontoh Lampung.
KEMBALI KE ARTIKEL