Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
Selamat pagi Pak, semoga Bapak dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT, begitu juga ratusan juta rakyat Indonesia di luar sana, semoga mereka juga selalu dalam lindungan Allah SWT. Mohon maaf jika saya bertindak tidak sopan dengan mengirimkan surat yang mungkin hanya berisikan keluhan saya sebagai rakyat biasa kepada Bapak. Surat ini saya tulis dengan jujur dari hati saya sendiri, bukan mewakili organisasi apapun. Murni curahan hati saya.
Pak SBY yang terhormat, saya adalah pengguna jalan raya yang telah menggunakan motor sejak 8 tahun yang lalu. Alasan saya menggunakan sepeda motor tak lain adalah untuk menghemat waktu dan uang. Namun, walau saya menggunakan sepeda motor, sejak dulu saya memimpikan bahwa negara ini, terutama Jakarta, memiliki transportasi massal yang aman, nyaman dan murah bagi rakyat seperti saya agar tak lagi berjibaku dengan kemacetan setiap hari dan tak lagi tercekik cicilan motor, perawatan kendaraan dan BBM.
Impian itu mulai ada titik terang ketika tiang tiang monorail mulai dipasang, dan koridor 1 TransJakarta mulai dibuka. Saya bahagia sekali saat itu, berharap, semua transportasi itu perlahan akan menjangkau pinggiran Jakarta seperti Bekasi, Depok, bahkan Tangerang.
Namun apa yang terjadi kini Pak? Mimpi saya bersama banyakanya warga Jakarta pupus sudah. Mungkin Bapak bisa melihat sendiri. Pembangunan Monorail di hentikan. Busway pun harus berbagi jalan dengan kendaraan pribadi yang sudah tak lagi tertampung di jalan raya. Apalagi keamanan dan kenyamanan TransJakarta. Sepertinya kendaraan umum kebanggaan Jakarta ini harus berbenah diri.
Kemacetan-pun semakin menggila Pak. Dengan sepeda motor saja, setiap hari saya harus menempuh jarak Pamulang – Senayan dalam 1,5 jam. Itu belum dengan hujan dan lainnya. Tak terbayang, betapa menyeramkannya lalu-lintas Jakarta sehabis hujan. Seperti kemarin, sehabis hujan, waktu tempuh saya dari Kebayoran Lama menuju Tebet adalah 2.5 jam!! Padahal saya harus mengajar kursus komputer untuk mendapatkan uang tambahan untuk menghidupi keluarga saya. Hati saya menjerit, Pak! Begitu juga ribuan bahkan ratusan ribu pengguna jalan lain. Saya hanya bisa memandangi mobil mobil mewah yang dikawal voorjider untuk membelah kemacetan. Yang mungkin orang yang duduk di mobil mobil mewah itu adalah bawahan Bapak. Dalam hati saya bertanya, apakah orang-orang di dalam mobil mewah yang di kawal itu merasakan siksaan macet seperti kami juga rakyat biasa? sedangkan mereka hanya duduk manis di dalam mobilnya yang selalu disupiri dan dikawal oleh voorjider agar bisa membelah kemacetan.
Menunggu dan menunggu solusi dari Pemerintah, namun akhirnya hanya membangun fly over dan pelebaran jalan. Yang dimana cuma akan menjadi lahan macet baru. Lalu, kemana tranportasi massal-nya, Pak? Kemana solusi bagi kami rakyat yang sudah muak dengan kemacetan? Apakah kami akan terus terusan di paksa untuk mencicil sepeda motor, Pak? Padahal uang cicilan tersebut bisa di tabungkan untuk anak anak kami di masa depan.
Saya yakin, Bapak SBY punya solusi cerdas untuk kami. Solusi yang berpihak untuk seluruh pengguna jalan tanpa melihat status. Solusi yang juga akan membuat waktu kami menjadi berharga, bukan di habiskan untuk bermacet-macet di jalan raya. Karena itulah sebagian dari mimpi kami. Mimpi dari rakyat yang sudah lelah dengan kemacetan yang semakin parah.
Demikian surat saya ini Pak. Mohon maaf sebesar-besarnya jika ada kata-kata saya menyinggung perasaan Bapak. Terimakasih banyak atas perhatian Bapak. Sukses selalu untuk Bapak.
Hormat Saya,
Mohammad Igfar Pramarizki
Tembusan :
Dewan Pewakilan Rakyat - Republik Indonesia
Kementrian Perhubungan
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta
http://motorbiru.wordpress.com